Selasa, 11 November 2008

Tasawuf

MENGENAL TASAWUF

Sebelum mulai saya hendak mengucapkan syukur kepada Imam dan Shaykh kita. Saya sangat senang berada di sini karena saya merasa tempat saya di sini. Saya merasa berada di antara saudara-saudara saya, dan saya merasakan kedekatan di antara kita. Insya Allah kita semua mendapatkan manfaat darinya, kekuatan akan mengalir dari seluruh komunitas dan Allah menaikkan komunitas ini serta menjadikannya pemimpin di segala sendi di persada ini.

Saya hendak bicara perihal Tasawwuf. Saya hendak bicara perihal Sufisme dan saya tahu ini adalah jantung Tasawwuf. Saya tahu di atas pegunungan yang diberkahi itu bersemayam para wali besar yang kendati datang kemari sebagai tawanan namun hati mereka terbebas. Berkat gerakan hati mereka, berkat doa dan perilaku mereka, yang menakjubkan karena mereka datang kemari dengan dirantai dan dikirim ke penjara maupun pulau, dari situlah seluruh Islam di Afrika Selatan lahir. Itulah keserasian yang terbaik karena secara politis bila anda berpikir tentangnya, Dien Islam diawali dengan dua pelarian di gua. Dari keduanya dan seorang lagi yang berbaring di kota mempertaruhkan hidupnya dengan menyamar menjadi salah satu dari kedua pelarian itu, lahirlah Dien Islam yang agung yang kini menyebar ke seluruh penjuru dunia dan menjadi satu-satunya agama yang terus tumbuh.

Camkanlah dalam benak kita, berkat berkah para wali itu yang masih hidup hingga hari ini, dan khususnya berkat semangat dan kekuatan Muslim Cape Town yang telah bertahan dari penderitaan panjang selama berabad-abad, yang bukannya terkikis namun tetap tumbuh hingga kini, anda dan anak cucu anda tak pelak lagi akan hidup untuk menyaksikan kegemilangan Islam. Negeri ini akan menjadi mayoritas Muslim dan penduduk minoritasnya yang berada di bawah kita akan aman terlindung yang takkan mereka alami bila berada di tangan para bankir dan ahli keuangan yang kini menguasai dunia. Itulah warisan yang anda terima dari para wali agung itu. Untuk alasan itulah penting untuk memahami mengapa Tasawwuf dari para shuyukh agung dan wali besar itu harus tetap hidup.

Dalam Diwannya, shaykh saya yang pertama, Shaykh as-Suluk saya, Shaykh Sidi Muhammad ibn al-Habib rahimahullah dari Meknes, berujar dalam salah satu qasidanya, "Mu'taqidan shaykhan hayyan, yakun 'arifan billah." Anda harus mengambil Shaykh yang hidup karena perkara ini takkan mungkin tanpa Shaykh yang hidup, karena sesuatu yang akan saya jelaskan kemudian yang berkaitan dengan bagaImana nafsu itu, dan bagaImana nafsu berubah di jalan ilmunya lewat berbagai tahap. Diperlukan pembimbing. Jalaludin Rumi berkata, "Dengan pembimbing, perjalanan selama 200 tahun dapat tercapai dalam seumur hidup." Mengambil pembimbing ini, mengambil Shaykh yang hidup ini, karena anda ingin maju dengan cepat di jalan pengetahuan ini. Ada tariqa di Afrika Barat yang disebut Tijaniya. Di antara mereka terdapat orang-orang yang sangat luar biasa. Namun bagi kami mereka bukanlah Sufi yang tepat karena mereka membangun segalanya di sekeliling makam Shaykh yang telah wafat yang merupakan seorang wali agung, yakni Shaykh Ahmad at-Tijani yang disemayamkan di Fes. Suatu hari, seseorang bertanya kepada Shaykh kami, Shaykh Muhammad ibn al-Habib rahimahullah, "Mengapa anda tidak memberikan persetujuan kepada Tijaniya?" Dan beliau menjawab, "Seorang bidan yang telah wafat takkan dapat membesarkan seorang anak yang hidup." Dengan kata lain, dalam bahasa para Sufi, peristiwa ruhaniah yang menyadarkan, membangkitkan dan menyinari itu adalah seperti kelahiran. Agar seorang anak yang hidup dapat dibesarkan, yakni agar pengetahuan itu dapat meresap ke dalam kalbu Mu'min, yang dapat melakukannya, si bidan, haruslah hidup karena Tasawwuf adalah proses yang halus dan semakin halus hingga akhirnya sebuah kata harus diucapkan demi membawa si pencari terus berjalan.

Kini begitu banyak Tasawwuf palsu, seperti halnya syariat yang telah terpengaruh dan terkorupsi hingga anda dapat memiliki bank Islam, asuransi Islam dan seterusnya dan seterusnya, dan tentu saja itu semua mustahil. Kita mulai dengan asumsi bahwa Tasawwuf yang tepat adalah yang berpijak dengan kokoh pada Syariat. Shaykh Muhammad ibn al-Habib rahimahullah berkata, "Syariat adalah yang memisahkan dan hakekat adalah yang mengumpulkan." Apa maknanya? Syariat adalah di dunia ini dan syariat adalah pembeda antara yang halal dengan yang haram. Faraid dan nawafil. Mana yang mustahab, disetujui dengan yang makruh, tidak disetujui. Syariat adalah pemisah, pembeda, furqan. Salah satu nama Qur'an adalah Al-Furqan karena membedakan hukum-hukum dasar bagi Muslim, dan Rasul sallallahu 'alayhi wa sallam bersabda, "Saya telah menjadikan beberapa hal lebih terlarang bagimu daripada yang tercantum dalam Kitab Allah subhana wa ta'ala." Sehingga furqan syariat berasal dari Kitab Allah dan Wahyu Allah juga ke Sunnah Rasul sallallahu 'alayhi wa sallam. Dengan cara yang sama Hakikat, kebenaran, kebenaran ruhani, adalah kebalikannya, yakni yang dikumpulkan. Kelihatannya ini lebih sulit, namun akan saya jelaskan apa Hakikat itu tepatnya.

Kita hidup menjalani lahiriah namun kita juga memiliki dalam diri kita batiniah, sehingga sisi pembeda itu juga ada sebelum kita dalam lahiriah. Saat kita mulai menyeru kepada Allah, kita dapatkan frase para Sufi, "Berpalinglah dari yang lain yang selain Allah." Kita tahu bahwa tak ada yang lain selain Allah, Kebenaran adalah Allah, Haqq adalah Allah. Kita juga tahu bahwa Allah berfirman, "Telah Kami jadikan seluruh ciptaan bil-Haqq." Allah tidak menyatakan bahwa itu adalah khayalan, Allah tidak menyatakan bahwa itu adalah Haqq namun Allah berfirman, "Telah Kami jadikan dengan Haqq." Sehingga insan manusia berada dalam dua dunia. Insan manusia berada antara batiniah dengan lahiriah, antara mulk, dunia yang tercipta, dengan malakut, dunia yang tak tampak, kerajaan yang tersembunyi. Yang pertama kita sebut dengan Islam, dan bentang alam Ghaib itu yang tersembunyi kita sebut dengan Iman. Iman adalah percaya kepada Allah, Malaikat, Nabi, Kitab, Takdir, Hari Akhir, dan Taman dan Api. Itulah bentang alam Iman dan dunia tersembunyi itulah yang berada dalam diri kita yang kita bangun dengan keyakinan kita.

Begitu seseorang menerima kebenaran hakikat, dunia yang tak tampak, dengan teguh Islam dan Imannya telah ditempatkan dan hati si Muslim mulai bergerak. Gerakan hati itu adalah sesuatu yang disebut Sufi dengan penciptaan rijalallah, para lelaki Allah. Dengan kata lain, anda takkan paripurna sebagai lelaki hingga hal itu terjadi atas diri anda. Yang terjadi adalah hati yang mulai bergerak, mulai memiliki dorongan-dorongan, mulai jadi terangsang, mulai berputar dan inilah awal sisi lainnya, sisi sejati insan manusia yang menjadi realita. Sejak detik itu terjadilah perubahan pada dirinya. Seperti yang anda lihat pada orang dewasa, sebelum ia menjadi seorang pria dan saat kelelakian datang kepadanya, anda mengenali perbedaan. Dalam syariat anda menyadari bahwa saat janggut tumbuh maka penilaian hukum mengubah perilaku dari sebelum janggut itu tumbuh

Dengan cara yang sama, saat seorang lelaki mengambil kelelakiannya dari Allah, terjadilah sesuatu yang anda kenali dibandingkan para lelaki Allah lainnya. Ada pengenalan akan sesuatu di antara mereka. Inilah yang anda alami saat menunaikan Haji, ketika seseorang yang tepat hingga sebelumnya telah menjalankan usahanya, telah memperoleh uang dan puas dengan segalanya, tiba di suatu titik di mana ia menyadari bahwa ia takkan hidup di dunia ini selamanya dan kemudian berkata, "Saya harus menunaikan Haji. Saya harus melakukannya!" Itulah isyarat seorang Muslim yang mencapai kematangan, menjadi sadar akan kefanaannya, dan juga dengan janjinya kepada Allah subhanahu wa ta'ala. Tapi ... ada juga yang tetap tidak puas. Ada yang tidak puas hanya dengan haji saja, saya tidak mengatakan 'hanya dengan haji saja' untuk meremehkan. Seperti halnya ada yang tidak puas hanya dengan faraid saja. Rasul sallallahu 'alayhi wa sallam ditanya oleh para orang Badui, "Jika saya hanya mendirikan shalat lima waktu dan itu saja, apakah saya akan mendapatkan Jannah?" Dan beliau menjawab, "Ya, tentu anda akan dapat. "Namun ada yang lain yang menghendaki lebih dari itu. Dalam dirinya terbangkitkan cinta kepada Rasul dan kerinduan kepada Allah subhanahu wa ta'ala dan ia mulai merasakan kehangatan kepada Allah subhanahu wa ta'ala. Ia mulai merasakan hatinya terhubung dengan mereka yang bersama-sama mencintai Allah, dan dengan mereka ditemukannya sesuatu yang tidak didapatkannya dari yang lainnya.

Shuyukh selalu mendirikan zawiya dan tekke agar para insan itu berkumpul bersama untuk bisa mengejar hasrat ilmunya dan itulah Tasawwuf sejati karena kemudian sesuatu mulai terjadi. Tasawwuf sejati bukanlah tentang mengatakan, "Saya bermimpi dan Shaykh akan memberitahukanku arti mimpi itu." Para Sufi berkata, "Saat anda mendapatkan mimpi sejati, para malaikat takkan mencatatnya." Mimpi itu tak tercatat untukmu. Mimpi itu adalah hadiah dari alam Ghaib sehingga takkan menarik bagi para Sufi. Mimpi bukanlah urusan Tasawwuf. Urusan Tasawwuf adalah ma'rifatullah, ilmu Allah.

Anda mulai melihat gerakan dalam hati para insan yang berbeda tingkatan, dan anda temukan hal yang sangat menarik yakni, para pemula di jalan ini ingin bersama mereka yang mencintai Allah. Ia yang mencintai Allah ingin bersama wali Allah yang besar, sehingga akan ada persaingan untuk terus, seperti yang telah terjadi. Mereka senang berada di antara mereka yang menularkan cahaya. Saya bersama Shaykh Muhammad ibn al-Habib rahimahullah, serta Sidi Hamid dan fuqara di Aljazair, dan di sana terdapat seorang majdhub yang sangat mendalam. Ia mencintai Allah namun tak dapat mengendalikan keadaannya, sesuatu yang tidak kami setujui. Dalam Diwan dikatakan, "Wa-dhkur bijiddin wa sidqin, bayna yaday 'abidillah," yakni "Lakukanlah dzikir kepada Allah dengan kesungguhan hati di depan para pembantu Allah." Tak pelak lagi, dalam dirinya ada semangat ruhaniah yang luar biasa dan, sulit dipercaya, ia berada dalam kegembiraan penuh yang tak terkendali. Tapi imam yang memimpin hadra mengambilnya dan mengeluarkannya dari hadra, secara teknis tepat. Namun Shaykh kami bangkit, mengambilnya lagi dan mengembalikannya ke tengah hadra. Setelah itu beliau berkata kepada kami, "Kita di sini untuknya. Itulah untuk apa kita di sini!" Karena seluruh fuqaranya Salik, seluruh fuqaranya benar, beliau menginginkan mereka untuk mengecap kegembiraan penuh, mengecap kemabukan. Bagi mereka, mereka dapat mengambil manfaat dari majdhub itu, sedangkan mereka yang jahil baru akan mulai menirunya dan takkan menjadi perilaku yang tepat.

Para Sufi telah menciptakan bahasa yang menjelaskan itu semua dan mereka membicarakan zawiya seolah sebagai kedai minum anggur. Mereka membicarakan cahaya yang menyinari hati mereka itu sebagai mabuk sehingga mereka mulai bicara tentang anggur, khamar, mereka mulai bicara tentang cangkir anggur yang diedarkan, tentu yang dimaksud bukanlah yang haram, yang mereka maksud adalah kiasan tepat dari insan yang beranjak keluar dari sangkar dan terbang bebas. Saat para Sufi memulai hadra (tarian Sufi) dan berkata, "Hayy'llah, Hayy'llah, Hayy'llah," orang-orang di pompa bensin Arab yang jahil berkata, "Itu salah, itu bid'ah." Seorang Sufi besar, Abu Madyan radiyallahu 'anhu dari Tlemcen berkata, "Kalian orang-orang jahil yang menertawai dan menolak mereka yang menari ini, tidakkah kalian lihat apa yang saya lihat? Tidakkah kalian lihat sangkar? Tidakkah kalian lihat pintu membuka? Tidakkah kalian lihat burung terbang bebas?" Itulah kenyataan sejati tarian itu. Shaykh Muhammad ibn al-Habib radiyallahu 'anhu berkata dalam Diwan-nya, "Andai kalian benar-benar tahu kalian akan datang kepadaku dan memohon, 'Saya mohon kepadamu, ajarilah kami makna tarian (hadra ) itu.'"

Dalam dunia modern, manusia telah mati, itulah mengapa orang-orang mengganja, itulah mengapa mereka minum alkohol. Mereka tak punya semangat jadi mereka ingin semangat. Mereka tak punya keadaan ruhaniah jadi mereka ingin tablet ekstasi. Siapapun ingin kegembiraan penuh namun mereka mengambil kemabukan indrawi yang jahil. Begitu anda memperoleh ilmunya anda berkata, "Saya tak mau mabuk indrawi karena itu ada di bawah syariat dan syariat berarti waras. Namun dalam dunia makna, dalam hakikat, saya ingin mabuk, saya ingin ada di antara mereka dan saya ingin beranjak ke luar dari yang saya pikir dapat saya lakukan, yang saya pikir dapat saya alami." Lalu disampaikan kepada mereka bahwa mereka tak hanya dapat maju di dalamnya namun juga akhirnya sangat luar biasa, akhirnya adalah sesuatu yang sangat menyelimuti karena akhirnya seperti mati. Mereka berkata, "Maut qabla tamut." Matilah sebelum kamu mati dan kendati itu bukanlah hadits namun ada hal-hal lain dalam kumpulan hadits yang dengan tepat mengisyaratkan hal yang sama.

Itulah mabuk yang halus dan makin menghalus. Tak hanya itu namun dalam mabuk indrawi juga ada kiasan, karena para Sufi mengatakan mabuk ruhaniah yang tetap ingat lebih luhur daripada mabuk yang lupa. Seperti pemabuk yang esoknya berkata, "Saya tak ingat apa-apa.", dan yang lain berkata, "Oh, saya mengalami waktu yang sangat menyenangkan." Itulah kiasan tentang cara anda bisa memperoleh kemabukan ini dan ambillah darinya maknanya, bahwa anda tahu maknanya. Makna tersebut jadi menghalus dan menghalus dan sejalan dengan semakin halusnya makna itu maka sang insanpun jadi termurnikan. Kiasannya, seperti perubahan dari logam dasar ke emas. Alchemy -mengubah logam jadi emas- adalah istilah yang dipakai para Sufi, penjelmaan diri yang lambat dari logam dasar ke logam mulia melalui pemurnian. Di sisi lahiriah disertai dengan apa yang kita sebut Adab .

Adab para Sufi berlawanan dengan adab para raja. Adab para Sufi ada dua sisi yakni, yang disebutkan Shaykh Muhammad ibn al-Habib rahimahullah dalam Diwan-nya, "Berhati-hatilah, jangan sampai anda meremehkan atom terkecil sekalipun, karena atom itu terdiri dari Hayyu dan Qayyum." Jadi bagian dari adab itu adalah jangan anda meremehkan siapapun ataupun merendahkan siapapun karena di antara mereka di sekitar anda, anda tak tahu kepada siapa Allah membukakan rahasia-Nya dan menyalakan cahaya batinnya. Jadi perlakukanlah mereka dengan keterbukaan yang sangat istimewa, dan berikanlah masing-masing haknya. Itulah mereka, anda perlakukan mereka seperti siapapun mereka. Itulah salah satu sisi adab, cara anda menghadapi orang-orang biasa. Adab yang lain adalah adab ke atas. Yakni adab di kalangan insan Allah, di kalangan rijalallah. Pemurnianmu yang menginginkan seperti antena, sehinga bila anda mengunjungi kota yang asing dengan jutaan orang di sana, anda akan tiba pada insan Allah yang tahu lebih banyak darimu yang dapat menularkan kepadamu sesuatu yang masih belum anda miliki. Itulah peningkatan insan manusia melalui ketertarikan kepada insan Allah itu.

Saya ingat, di Casablanca Sidi 'Arafa memiliki sebuah lapak di pasar yang karena kecilnya hanya menyisakan tempat yang betul-betul hanya cukup untuk sholat, selain tempat untuk menjual barang-barangnya. Ia menjual pita untuk tepi jalaba wanita. Ia seorang pedagang sederhana. Para wanita datang dan berkata, "Saya ingin yang biru," dan akan ia tawarkan seluruh pilihan kepada mereka, mengukurnya setengah meter, memotongnya dan berkata, "Satu dirham." Itulah pekerjaannya, biasa, sederhana. Lalu saya pergi dengannya ke Fes ke makam Maulana Idris dan di sana begitu banyak Sufi besar. Saya masuk dengan Sidi 'Arafa yang setahu saya, dia hanyalah seorang pria yang mengukur benda kecil itu dengan begitu akurat karena ia juga adalah murid Shaykh saya. Saat kami memasuki masjid, orang-orang menghampiri dan ia harus menghentikan mereka menciumi kakinya! Ia harus menghentikan mereka karena mereka begitu menghargainya. Mereka gemetar karena mereka berada di dekatnya. Di antara insan Allah dialah sang raja, dan di antara orang-orang di pasar ia hanyalah seorang pedagang miskin. Itulah Tasawwuf.

Fuqara Shaykh kami biasanya cemburu kepadanya karena saat ia datang Shaykh akan memisahkannya dari yang lain, terus bersamanya dan meninggalkan yang lain. Akhirnya mereka menghampirinya dan bertanya, "Mengapa anda senantiasa duduk bersama Sidi 'Arafa dan tidak bersama kami?" Beliau menjawab, "Karena ia memiliki saku yang tidak bolong." Dalam bahasa para Sufi, segala sesuatu adalah kiasan dan yang dimaksudkannya adalah segala kebijaksanaan yang diperoleh akan dimasukkannya ke dalam saku ilmunya dan takkan jatuh dari lubang manapun. Yang lain memperoleh sesuatu tapi lalu melupakannya, namun ia tak pernah melupakan segalanya. Jadi anda mulai menghargai jenis manusia yang lain dan mulai melihat bahwa anda sendiri memiliki suatu kualitas dan kapasitas, dan anda dapat ditingkatkan dengan ilmu tersebut. Namun itu adalah ilmu yang di jantungnya terdapat sepotong berita yang sangat menghancurkan yang berasal dari Qur'an dan dengan jelas dinyatakan dalam hadits, yakni penyingkapan kebenaran, hakikat mutlak pernyataan berikut, La hawla wa la quwatta illa billah . Anda mulai menyadari Ialah satu-satunya yang menjadikan segalanya terjadi. Ialah Sang Pelaku. Ialah Sang Aktor dalam segala situasi. Begitu anda mendapatkan ilmu itu, yakni bahwa Allah adalah Pelaku dan Allah adalah Pemberi dan bahwa hidup dan gizi dan atap di atas kepala kita seluruhnya berada di bawah kekuasaan dan perintah Allah, maka hidup anda berubah seutuhnya.

Apa yang mereka sebut dengan 'melepaskan diri dari mengatur urusan' bukan berarti anda duduk-duduk saja dan berkata, "Itu adalah takdir, saya tak dapat melakukan apapun." Itu bukanlah melepaskan diri dari mengatur urusan, malah itu adalah mengambil posisi yang sangat mengatur. Melepaskan diri dari mengatur urusan adalah tahu bahwa takdir Allah terjadi dalam setiap hal. Rasul sallallahu 'alayhi wa sallam bersabda, "Kalian menghendaki sesuatu dan Allah menghendaki sesuatu, namun yang kalian kehendaki takkan terjadi dan yang Allah kehendaki pasti akan terjadi." Jadi kebijaksanaannya menjadi ' Saya menghendaki apa yang Allah kehendaki." Itu adalah titik balik lain dalam mengubah rijalallah . Itu adalah titik balik lain dalam mendapatkan kejernihan hati yang sempurna, karena kini kita mendapatkan insan yang tahu rezekinya. Ia harus bertindak namun apapun tindakannya berasal dari Allah. Segalanya berasal dari Allah dan dengan kekuasaanNya. Meski dalam ketidakberdayaan, segalanya ada dibawah perintahNya.

Salah seorang wali mengeluh kepada Allah dan bertanya, "Ya Allah, saya telah berdoa, mengapa Engkau tidak menjawab doaku?" Dan ia mendengar suara yang berkata, "Ya Yahya! Tak tahukah kamu bahwa saya senang mendengar suaramu?!" Itulah cinta Allah subhanahu wa ta'ala kepada hamba-hambaNya. Sehingga para insan ini jadi terpisah dari bencana. Yang jamal adalah yang jalal . Keindahan berasal dari Allah dan kemuliaan berasal dari Allah. Mereka berasal dari sumber yang sama. Seorang wali besar dari Andalusia ditanya, "BagaImana anda mencapai Allah?" Beliau menjawab, "Saya mencapai Allah dengan nama-namaNya yang bertolak belakang." Dengan menempatkannya bersama dan menyadari bahwa mereka adalah Tuhan Semesta Alam yang Satu. Adh-Dhahiru wal-Batin. Al-Awwalu wal-Akhiru. Al-Jamal wal-Jalal . Itulah perubahan yang terjadi untuk mengawali penciptaan satu insan Allah.

Itulah Tasawwuf itu, itulah urusannya, itulah yang menjadikan toko dibuka, tidak untuk membebankan biaya apapun. Satu-satunya biaya hanyalah nafsu yang diambil dan dipecah, tidak disusun kembali namun nafsu tersebut harus dipahami kembali pertama-tama sebagai inteligensi, akal, lalu dipahami kembali dengan melampaui akal menuju ke hati, dan hati lalu dipecah, patah dan lenyap hingga datang rahasia dari diri kepada diri. Itulah Tasawwuf. Itulah harta milik Muslim. Saya datang ke Cape Town untuk menyatakan bahwa toko telah dibuka. Jika khalayak ingin datang dan mengikuti dan mengambil jalan ini, saya siap melayani anda. Insya Allah dengan berdzikir dan berfikir, bertafakur, akan anda lihat perubahan di seluruh Cape Town, akan anda lihat dakwah yang akan masuk ke setiap satu kelompok manusia dalam masyarakat ini dan akan anda lihat kejayaan Islam.

Kami memohon kepada Allah subhanahu wa ta'ala, untuk memberkahi Imam masjid ini, untuk memberkahi keluarga ulamanya yang luar biasa dan untuk menjadikan mereka kuat dan kami juga memohon cahaya Allah dilimpahkan ke atas kubur Shaykh an-Najar rahimahullah. Kami memohon kepada Allah subhanahu wa ta'ala, untuk melimpahkan berkah dan nur dan ilhamNya kepada jemaah masjid ini dan agar para wanita terlindungi dari bahaya di masa yang sulit ini. Kami memohon kepada Allah subhanahu wa ta'ala, agar anak-anak mewarisi melalui kerja kami, Islam yang lebih kuat, Islam yang lebih luas dan komunitas yang lebih aman di mana mereka hidup.

0 komentar:

Template by:
Free Blog Templates