Perhatian terhadap kemanusiaan dan asal-usul manusia, memberikan peluang untuk dibahasnya topik mengenai harapan manusia terhadap agama dari berbagai dimensi. Apa yang kita harapkan dari agama dan jawaban atas pertanyaan “apakah yang bisa kita dapatkan dari agama”, merupakan topik pembicaraan umat manusia dalam sepanjang sejarah.
Teks-teks agama Islam, terutama Al Quran, secara jelas menjawab pertanyaan terkait dengan harapan manusia terhadap agama. Sebagian ayat-ayat Al Quran mengisyaratkan kepada keinginan-keinginan kaum kafir dan juga harapan-harapan kaum yang beriman. Sebagai contoh, kaum kafir menginginkan agar Nabi dipilih Allah dari kalangan orang-orang kaya atau dari kelangan malaikat.
Dalam Al Quran surat Al Furqan ayat 7-8,
7. disebutkan, “Dan mereka berkata, “Mengapa Rasul ini memakan makanan dan berjalan di pasar-pasar? Mengapa tidak diturunkan kepadanya seorang malaikat agar malaikat itu memberikan peringatan bersama-sama dengan dia?
8. Atau mengapa tidak diturunkan kepadanya perbendaharaan, atau mengapa tidak ada kebun baginya, yang dia dapat makan dari hasilnya?…”
Selain itu di dalam Al Quran juga disebutkan harapan yang tidak pada tempatnya yang disampaikan olh kaum Bani Israil. Sebagai contoh, mereka meminta kepada Nabi Musa untuk memperlihatkan wujud Tuhan. Pada surat Al Baqarah ayat 55 :
55. Dan ingatlah ketika kamu berkata, ‘hai Musa kami tidak akan beriman kepadamu sebelum kami melihat Allah dengan terang’…”
Dalam berbagai ayat yang lain disebutkan bahwa Bani Israil selalu membantah hukum dan perintah Allah yang disampaikan oleh Nabi Musa. Mereka berharap agar Allah SWT menurunkan hukum sesuai dengan selera dan kehendak mereka sendiri. Jika kita memperhatikan secara mendalam bentuk-bentuk harapan yang tidak pada tempatnya, yang ditunjukkan oleh umat-umat terdahulu, kita akan mendapati bahwa keinginan-keinginan seperti itu juga ditunjukkan oleh umat manusia pada zaman sekarang.
Dengan kata lain, saat ini pun kita dengan mudah menjumpai adanya orang yang tidak mengenal agamanya dengan baik atau melihat bahwa agama bertentangan dengan kepentingan dirinya dan kelompoknya. Orang-orang seperti ini akan memiliki harapan yang tidak layak terhadap agama. Umumnya mereka menyatakan bahwa agama tidak lagi bisa menjawab berbagai tantangan dan persoalan di zaman sekarang dan hukum-hukum yang ditetapkan agama hanya cocok untuk masa lampau.
Sebagai contoh, agama Islam menekankan kesetaraan di antara umat manusia dan tidak ada satu kaumpun yang dianggap lebih unggul dari pada kaum yang lain. Dalam pandangan Islam, parameter keunggulan seseorang atau suatu kaum adalah dari sisi ketakwaan mereka terhadap Allah SWT.
Sementara itu, sebagian manusia dewasa ini, terutama kaum kapitalis dan imperialis yang selalu ingin menekan bangsa lain demi kepentingan pribadinya, menganggap ajaran agama mengenai kesetaraan umat manusia sebagai ajaran yang tidak tepat. Di mata mereka, ada bangsa-bangsa yang rendah dan pantas untuk dijajah. Namun, penjajahan di era modern ini ditutupi dengan kedok reformasi, pembaharuan, demokrasi, modernisasi, dan lain-lain.
Di pihak lain, harapan manusia yang benar terhadap agama, juga perlu untuk dibahas. Harapan yang logis dari manusia adalah bagaimana agama dapat mendampingi manusia dalam kehidupannya, baik dalam ibadah, politik, budaya, ekonomi, atau sosial. Dalam hal ini, agama telah memenuhi harapan manusia itu dengan menetapkan aturan dan hukum yang harus dijalankan oleh umat manusia yang menginginkan kehidupan yang selamat di dunia dan akhirat.
Terkait dengan harapan yang logis dari manusia terhadap agama ini, Al Quran dalam surat Al Maidah ayat 4 menyebutkan :
4. Mereka menanyakan kepadamu: "Apakah yang dihalalkan bagi mereka?." Katakanlah: "Dihalalkan bagimu yang baik-baik dan (buruan yang ditangkap) oleh binatang buas yang telah kamu ajar dengan melatih nya untuk berburu; kamu mengajarnya menurut apa yang telah diajarkan Allah kepadamu[399]. Maka makanlah dari apa yang ditangkapnya untukmu[400], dan sebutlah nama Allah atas binatang buas itu (waktu melepaskannya)[401]. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah amat cepat hisab-Nya.
Dalam surat Al Ahqaf ayat 15 disebutkan :
15. Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa: "Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri.
"Bentuk lain dari harapan terpenting umat manusia sepanjang sejarah adalah dipegangnya kepemimpinan umat oleh pemimpin yang baik dan mencintai rakyatnya. Sepanjang sejarah, banyak pemimpin-pemimpin yang kejam silih berganti menguasai umat manusia. Kehidupan manusia yang berada di bawah pemimpin yang kejam sudah tentu dipenuhi oleh penderitaan dan kesengsaraan.
Harapan manusia untuk mendapatkan pemimpin yang adil dan penuh kasih sayang tergambar dalam kisah-kisah Bani Israil yang disebutkan dalam Al Quran. Di antaranya ada ayat yang menceritakan betapa kaum Bani Israil meminta Nabi Allah agar memimpin mereka untuk membebaskan diri dari kekuasaan pemimpin yang kejam. Kisah mengenai Bani Israil ini menyampaikan pesan kepada umat manusia agar jangan pernah menyerah di depan kezaliman.
Selain itu, umat manusia sendiri juga jangan melakukan kezaliman dan menjaga agar di tengah masyarakat tidak tumbuh kezaliman yang akan memberi peluang bagi munculnya pemimpin yang zalim. Dalam pandangan agama Islam, manusia bertanggung jawab atas nasibnya sendiri. Islam juga memberi kabar gembira bahwa kelak manusia yang saleh akan berkuasa di muka bumi.
Namun, untuk mencapainya, manusia sejak sekarang harus melakukan perbaikan di dunia, melalui ilmu, keimanan, pemikiran, dan amal saleh. Islam adalah agama yang memiliki tujuan untuk membimbing umat manusia agar menemukan kebahagiaan di dunia dan akhirat, serta membebaskan manusia dari kebodohan dan kesengsaraan.
Agama adalah sumber dari tegaknya sebuah peradaban dan kebudayaan. Itulah sebabnya, umat manusia dewasa ini yang terjebak dalam kehidupan serba mesin, peperangan, dan berbagai bentuk depresi, akan mampu mencapai pantai kebahagiaan dan ketenangan bila mereka berlindung di bawah naungan agama.
Harapan logis lainnya dari manusia terhadap agama adalah terciptanya ketenangan jiwa. Dalam hal ini, agama juga telah menunjukkan cara yang harus ditempuh manusia demi mencapai ketenteraman batin. Manusia diciptakan dengan fitrah mencintai kebenaran dan membenci keburukan. Ketika manusia melawan fitrahnya itu, sudah barang tentu jiwanya tidak akan bahagia.
Orang-orang yang zalim, koruptor, penipu, dan lain sebagainya, hati mereka akan selalu diliputi ketidaktenangan meskipun berlimpahkan harta dan kekuasaan. Sebaliknya, orang-orang yang selalu berbuat baik dan mengingat Tuhan, akan memiliki hati yang tenang dan tenteram. Keyakinan bahwa agama mampu mendatangkan ketenangan bagi manusia juga diakui oleh cendekiawan Barat. Yong mengatakan, “Agama memberikan ketenangan kepada manusia. Agama memberikan makna kepada wujud manusia dan mengajarkan jalan untuk menghadapi berbagai masalah dalam kehidupan.”
William James mengatakan, “Manusia dengan merujuk kepada agama akan menemukan ketenangan yang akan menyingkirkan kegelapan musibah kehidupan.” Max Weber menyatakan, “Manusia mengharapkan jawaban atas berbagai fenomena, seperti kematian, musibah, dan mimpi. Agama memberikan penjelasan atas berbagai fenomena itu kepada manusia.” (ach)
Kamis, 13 November 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar