Senin, 10 November 2008

Puisi Ranah Minang

Minang: Puisi Ranah Minang
Dipublikasi pada Sunday, 25 January 2004 oleh paktani


Artikel

Puisi saudara Eddri tentang adat ranah minang.mudah2-an teman-teman yang lain tidak merasa terganggu

kabar buat ranah minang
via sopir bis gumarang jaya
jurusan jakarta-padang

pak sopir yang budiman
berlakulah kiranya kehendak ambo
untuk titipkan kabar singkat ini
untuk kampung halaman jauh di mata
ranah minang tempat adat terbina
tak apalah kiranya pak sopir baca
pada saat bis diatas ferry menuju bakauheni

ranah minang..
tak terbendung rasa di hati
tak kuat air mata ditahan
memendam kerinduan sangat
pada damainya nagari

tak apalah kiranya kalau kita ingat
betapa nagari begitu berbudi
pada saat negara ini belum jadi

rantau kini tak henti diliputi ngeri
tiap orang ingin bela diri
bahkan ada yang bilang berani mati
tak usahlah kita ikut terhanyut
ingatlah nagari kita pagarruyuang
pernah jadi nagari tanpa polisi
bahkan ingatlah bagaimana majapahit jaya raya
cukup diusir dengan muslihat adu kerbau
oleh moyang kita
kuatlah bukti kalau kita cinta damai

orang-orang kini teriak peran legislatif
ada yang bilang dikebiri
ada juga yang bilang terlalu berani
tak usah pulalah kita ikut bingung
karena jauh sebelum inggris berparlemen
kita sudah punya yang namanya basa ampek balai
tempat mufakat dicari

praktisi dan para ahli sibuk definisikan demokrasi
sampai biarkan rakyat mati
hanya demi menunggu hasil para peneliti
tak perlulah kiranya kita ikutan menunggu
karena sebelum montesque teriak trias politica
jauh hari kita sudah punya filosofi
tali tigo sapilin, tungku tiga sajarang

orang di rantau terjebak pada feodalistik
bahkan cenderung bertaklid buta
cukuplah kita ketawa
betapa kita punya tradisi
tak ada penghulu adat yang abadi
tiap sekian lama kita ganti
dengan cara batagak pangulu
cukuplah dia jadi angku guru nagari
sampai ajal menjemput

dari rt sampai istana
banyak orang oportunis
hindarilah sifat itu
cukup sudah peribahasa mengetawakan mereka
terkurung hendak diluar
terhimpit hendak diatas

arogansi fisik begitu menggema sekarang
bahkan tayangan kejam jadi budaya
perlulah kita ingat
belum pernahlah kekerasan jadi budaya kita
bahkan pencak silat kita sendiri
tak lebih dari tari ketimbang bela diri

orangtua kini sulit posisikan diri
bahkan anak sering tak terkendali
cukuplah kita pegang kitab suci
sembari ingat Nan Ampek
dan kaum bapak lakukan dwifungsi
anak dipangku, kamanakan dibimbing

kenakalan remaja semakin menjadi
dari curi uang saku sampai bajak angkutan kota
dicarilah solusi
dari pesantren sampai asrama semimiliter
perlu kiranya kita bina tradisi
anak umur 10 sudah aib kalau tidur di rumah
karena sejak itu surau lah tempat ia mengaji

anak balita belum cukup usia
dibius dengan berbagai film dan komik suka-suka
sampai orang tua mereka lupa ajarkan mengaji
tak perlu pula si buyung di kampung ikut-ikutan
lancarkanlah kaji si buyung dengan baca Qur?an tiap
hari
hingga ketemulah ia kisah suka-duka nabi
atau berilah ia sejenak hiburan rekaan
dengan cerita cindua mato yang alim bijaksana

pemerintah bingung hadapi bahaya madat
mulai dari lem mika sampai ekstasi
juga tak kalah judi yang dibekingi
sangat perlulah kiranya kita mencontoh
peto syarif sang imam bonjol
tuanku nan renceh dan para pahlawan harimau nan
salapan
yang dengan gagah berani menghunus pedang suci
melawan tindakan keji, walau harus korbankan saudara
sendiri

nah?para pemuda sekarang bingung
menghadapi agama yang dikotori tradisi
sehingga cukup sulit bedakan syara? dan bid?ah
perlu jugalah kiranya kita berkaca
pada haji miskin, haji sumanik, haji piobang
dan para kaum wahabi
yang dengan berani lawan tradisi
untuk tegakkan syari?at yang murni

masyarakat awam sekarang bingung
bedakan antara dukun dan kyai
dua-duanya bisa terbang dan sakti tak terkira
cukup bijaksanalah kita di kampung
imam tak lebih dari pemimpin shalat
khatib pembimbing umat melalui kaji
dan yang bisa terbang dan berbagai kepandaian tak
terkira
itu namanya dukun

kaum hawa dewasa ini
terus ribut masalah emansipasi
tak usahlah si upik di kampung ikut ribut
karena sekian abad sebelum kartini lahir
kita sudah dudukkan bundo kanduang wanita berbudi
sebagai pemimpin nagari
saking hormatnya kita pada kaum wanita
kalau tak menenggak agama
sudah kita kasih porsi terbesar pembagian harta
sungguh sayang, remaja putri belia cuma kenal siti
nurbaya
yang cuma rekaan budaya marah rusli

kaum hawa di rantau
pakai baju hampir tak jadi
dibilang baju bukan, dibilang be-ha juga bukan
nah..si upik di kampung jangan pula ikutan
cukup ketawa dan jangan seperti orang gila
baju kurung penutup aurat kan sudah budaya kita
banggalah kita dengan aurat terlindung
dan sulaman bordir yang indah

sudah cukup rasanya surat ambo
terpenuhi rasanya rindu di hati
tak ada salahnya kalau syara? di hati
kembali dipatrikan lagi untuk :
tak lekang di panas
dan tak lapuk di hujan


Catatan: dari milist KMM - Cairo

0 komentar:

Template by:
Free Blog Templates