Jalan (Thariqah)
Bismillah ar-Rahman ar-Rahim,
Fuqara-Faqirat, Saya akan, Insha'llah, akan menyampaikan sesuatu tentang jalan dari Allah (Tariqa), Jalan menuju Allah. Ini dapat dibicarakan dengan berbagai cara, dan dapat dibicarakan dengan berbagai bahasa yang berbeda, dengan perbendaharaan bahasa yang berbeda. Dapat juga dibicarakan memakai bahasa Al-Quran, bahasa Allah tabaraka wa ta'ala. Dapat juga dibicarakan memakai bahasa khusus dari kumpulan suatu kaum, komunitas, di mana mereka menciptakan kumpulan istilah-istilah teknis mereka sendiri untuk menjelaskan ahwal al-maqamat mereka, ( the inner-state) keberadaan dalam dan pemberhentian ( station ) dengan Allah; keberadaan dalam , hanya itu saja yang mereka tahu dan urusan - maqamat- derajat derajat hanya Allah saja yang mengetahuinya dan hanya para - awliya- wali Allah mengenali ini pada diri mereka. Mereka tidak mengenali maqam mereka ( khalayak umum), tapi mereka mengenali - Hal- keadaan mereka. Kamu dapat membicarakan dengan cara begini.
Kamu dapat membicarakan tentang kelebihan, thariqat-thariqat: Naqshbandiyya, Shadhiliyya, Darqawiyya, Chistiyya; tentang para Shuyukh; Shaykh ini dan Shaykh itu, tentang maqam yang ini dan tentang maqam yang itu; tentang Aqtab, Awtad dan Salihun, dengan semua cara ini kamu dapat membicarakan tentang Tassawuf. Atau kamu dapat membuat cerita sendiri dan tetap membicarakan hal itu. Tidak ada yang menyanggah kamu. Shaykh Muhammad al-Fayturi Hamuda berkata : "kami tidak tertarik pada wird-wird; kami tidak tertarik pada wazifas; shaykh ini atau shaykh itu. Para sadiqun hanya tertarik pada satu saja: ma'rifa (Pengenalan tentang Allah). Tak ada urusan yang lain!". Salah seorang sufi di Pakistan Timur berkata : "Para Shuyukh tidak terbang; para murid-murid mereka yang seolah-olah membuat mereka terbang. Para Shuyukh tidak saling berkelahi; para murid-murid mereka yang seolah-olah membuat mereka berkelahi satu sama lainnya." Dengan kata-kata lain ahl-Haqiqat, orang-orang ma'rifa, ada dalam persetujuan yang lengkap, dalam keseimbangan rasa yang lengkap, dan tidak ada perdebatan di antara mereka.
Jadi bagaimana kita akan membicarakan Tariq , tentang jalan ini? Di situ ada jalan, ada Sabil, Sabilillah, fi-Sabilillah , pada jalan Allah. Jalan ini, Jalan para Sufi secara baiknya dapat dikatakan Sabil. Sabil dari asal kata yang artinya hujan. Hujan datang dari sesuatu yang tidak ada, keluar dari sekumpulan awan, dan menjadi hujan. Yang awalnya adalah awan-awan, lalu menjadi hujan, dan menghilang. Benar-benar hilang, dan hanya hasilnya saja yang terlihat, seperti rumput-rumput dan bunga-bunga, dan makanan untuk lainnya. Imam al-Junayd, radiya'llahu ' anhu, Imamnya para kaum Arifin dan para orang-orang Jalan ini, Jalan Allah, berkata: "Para sufi seperti pupuk, tanah di bumi dan berbagai macam biji-bijian yang ditebarkan kepadanya, dan dari ini, mawar-mawar dan bunga-bunga yang indah tumbuh dan mekar".
Jika bagaiman kita ingin memahami tariqa, jalan yang semestinya. Kita harus ingat sebuah hadist dari Sayyiduna Muhammad, salla'llahu 'alayhi wa sallam . Dia berkata : "Dari zamanku hingga akhir zaman, tidak akan ada waktu yang lebih buruk dari waktu sebelumnya" . Sayyiduna Muhammad, salla'llahu 'alayhi wa sallam berkata juga : "Jika seseorang dalam masaku melanggar satu dari sepuluh perintah yang telah diturunkan, dia langsung pergi ke pada Api" karena mereka mendapatkan contoh yang terbaik di hadapan mereka yaitu Sayyiduna Muhammad, salla'llahu 'alayhi wa sallam. "Tapi akan datang masa, jika seseorang melakukan satu dari sepuluh yang diperintahkan dia akan mendapat Taman".
Jadi kita mempunyai sesuatu untuk dimengerti. Ada suatu yang berkurang dari ilmu, pengurangan ilmu, hilangnya ilmu dari muka bumi. Juga barakah Allah ta'ala, karamah Allah ta'ala, fadl dari Allah sangat bercurah-curah. Shaykh Ahmad al-Badawi, radiya'llahu 'anhu, berkata : " Fadhl dari Allah adalah tetap dalam penambahan " . Bercurah-curah Rahmat dari Allah. Lebih, lebih, lebih. Artinya ini ada di dalam ayat Al-Quran al-Karim, "Dia tidak menghilangkan ayat, tanda, tetapi Dia akan menggantikanya dengan seseuatu yang setara dengannya, atau bahkan lebih baik dari itu," berarti dalam satu kesatuan arti, itulah ketika seorang wali hilang, dia akan diganti dengan seorang wali lain yang sebaik sebelumnya atau lebih baik lagi dari yang sebelumnya.
Dalam arti ini, Shaykh Muhammad ibn al-Habib, radiya'llahu 'anhu, berkata, "Maqam saya..." dan karena tingginya maqam beliau, dia membicarakan maqamnya. Tetapi ini bukan cara untuk orang umum memahaminnya, tetapi katanya dalam beberapa saat, "Maqamku, ketika aku mengajar di Qarawiyyin," ini setelah dari seluruh permulaan urusannya, ketika dia baru saja mulai, dalam Thariqat suffiyya. "Maqam saya,ketika saya mengajar di Qarwiyyin, belum pernah disamai oleh wali manapun kecuali Moulay 'Abdal-Qadir al-Jilani, radiya'llahu 'anhu". Moulay Abdal-Qadir al-Jilani adalah seorang Qutb Puncak, yang padanyalah kita semua menghadap, dan padanya kita mengikuti jejak-jejak langkahnya.
Dia memberikan indikasinya dengan ini, pada jaman kegelapan dan pada jaman orang-orang yang tak peduli, Allah ta'ala menambahkan rahmat-Nya di antara orang-orang. Wali dari Bahlil, radiya'llahu 'anhu, berkata suatu hari dalam percakapan dengan kita, "ini adalah masa dari para Shuyukh dan tidak ada murideen." Ini adalah masa dari guru-guru, guru-guru dengan idhin dari Allah, dan tidak seorangpun mengikuti mereka. Mereka di sini, di sana dan di sana, dan tak ada seorangpun yang mau tahu. seorang dari -jalan ini- biasa untuk pergi ke kota dan memukul genderangnya dan berkata "Ini ada Ilmu, siapa yang ingin ilmu? Keluarlah!". Untuk melihat siapa orang yang keluar dan mungkin hanya beberapa orang saja yang akan keluar
Cerita lain yang diceritakan seorang ahli Ilmu juga seorang Faqir yang sedang dalam perjalanan, dan dia mengenali dengan hatinya seorang awliya datang menujunya dan orang itu berlari ke luar dari kota, dan dia berkata, "Jangan pergi ke sana". Kata si faqir, "ada apa? Ada Kutukan?" katanya," tidak, orang-orang di kota tersebut tidak menginginkan ilmu"
Saya berbicara di sini menggunakan bahasa dari para orang-orang tassawuf (Ihsan) (Sufi), Ilmu, untuk para orang-orang tasawwuf seperti yang kita bicarakan pagi ini dalam satu kelompok, di dalamnya bukan berisikan bagian informasi, informasi merupakan bagian paling rendah, yang paling terbatas, dan tingkat pertama dari ilmu sesudah yang dua tingkat di atasnya, setiap tingkat lebih tingi dari tingkat lainnya, setiap tingkat mempunyai bahasanya sendiri, dengan ilmunya sendiri, dengan arenanya sendiri yang mungkin itu telah dialami. Dan orang tidak tahu kalau itu ada, dan ketika mereka dengar itu ada, hanya sekelompok kecil orang saja yang hanya ingin mengambil pengalaman ini. Untuk mendapatkan Ilmu ini. Kenapa begitu? Karena kita berada dalam zaman dari pengembangan lahiriah (Material - kebendaan-fisikal-keduniaan), dan sebab itu mereka dalamnya (batiniah) menyempit. Orang-orang ingin berkembang secara lahiriah (dunia), dan ketika itulah terjadi penyempitan di dalam (batiniah). Inilah masa dimana orang tidak punya adab, seperti yang kita katakan, mereka tidak punya perilaku mulya (adab), perilaku mulia adalah Jalan Tariqa: "at-Tariqa, kulluha adab!".
Tariqa bukan-lain adalah akhlak yang tinggi (dengan adab yang tinggi), dan orang-orang (khalayak umum) tidak punya akhlak yang tinggi (tanpa adab). Mereka tidak dapat duduk dengan baik. Mereka duduk seperti anak bayi, seperti anak kecil dalam kereta bayi, mereka berbaring. Kenapa? Karena mereka di dalamnya (batiniah) terpenjara. Islam adalah Shariat! Islam adalah Shahadat, Shalat, Saum, Zakat, Haji. Yang semuanya itu memenjarakan, yang mana mereka semua berada dalam keadaannya, yang semuanya menjeratmu, yang semuanya akan menyempitkan kamu secara lahiriah. Dan yang semuanya akan dapat melapangkan batin mereka. Inilah zamannya kebebasan. Orang-orang bebas."Saya melakukan ini, saya melakukan itu. Saya mengikuti arus saja. Saya melakukan apa yang saya suka. Itu tidak cocok untuk saya. Saya mempunyai pendapat".
Apa itu pendapat? Pendapat adalah sesuatu yang telah kamu pikirkan oleh yang lainnya untuk dimiliki, yang gambarannya seolah dari kamu. Sufi berkata," Waspada dengan dengan pendapat". Kenapa? Bukan karena itu setan atau jelek atau berbahaya, tetapi karena itu memberikan kamu kerajaan. Memberimu singgasana, dan itu singgasana dalam ketololan. Spekulasi adalah cara orang bodoh. Kamu berspekulasi ketika kamu tidak tahu. Tassawuf (Ihsan) adalah Ilmu sejati. Ilmu sejati adalah dari Pengetahuan sejati, dan ilmu sejati ini tidak terdapat spekulasi: Pada permulaan, pada pertengahan dan pada penghabisannya.
Jadi inilah yang sesuatu yang dikatakan sebagai berjalan menuju Allah (Tariqa) , yang akan selalu dan telah digunakannya, perbendaharaan yang khusus. Perbendaharaan ini membagi orang-orang menjadi 3 kelompok: orang umum, orang khusus, dan orang terpilih yang khusus. Dan dari setiap definisi sufi-sufi berkata: orang umum mempunyai pengertian ini, orang khusus mempunyai pengertian yang berlawanan, dan orang terpilih yang khusus mempunyai kedua pengertian tersebut. Kita mempunyai 3 pengetahuan, tapi siapa yang mengambil pengetahuan ini? siapa yang mengambilnya? Siapa yang menginginkannya? dan dari mana dia akan mendapatkannya, dan apakah dia akan mendapatkannya? Dan darimana dia tahu kalau dia tidak mendapatkan sampah ? Dan darimana mereka akan tahu kalau yang mereka dapatkan sesuatu yang benar?
Abu'l-'Abbas al-Mursi, radiya'llahu 'anhu, mengatakan, "Seorang murid akan mendapat shaykh sesuai dengan kualitas dan derajat dari Himma (aspirasi dan kerinduan si murid kepada Allah)" Seorang Shaykh ditanya, "siapa shaykh yang sempurna itu?" dia menjawab, "Bawakan murid yang sempurna dan saya akan tunjukan seorang shaykh yang sempurna" Kenapa? Karena semua urusan ini ada di tangan sang murid! Murid itu dari akar kata yang artinya irada, dan irada artinya keinginan, ini artinya seseorang yang telah menyerahkan seluruh keinginannya kepada yang lain, itulah murid yang menyerahkan keinginan kepada shaykhnya seluruhnya. Di mana kamu dapat mencari orang-orang macam ini? Hanya beberapa orang saja jumlahnya. Kebaikan diikuti kepatuhan tak ada artinya untuk setiap orang. Itu hanya berguna ketika nafsu telah menyempit, dan nafsu memberontak dan dia tetap patuh: itulah Murid! Dan dalam pertentangan itu, dan dalam kepatuhan, itulah kemenangan, dan marifatullah telah melekat padanya, oleh rahasia yang diberikan dari Allah. Dan di mana orang tersebut? itulah Murid. Seseorang yang telah mempunyai rahasia itu sudah di sana pada saat itu, itulah rajulu'llah. Itulah sesuatu yang dahsyat. Itu dahsyat, sesuatu yang sangat dahsyat.
Jika saya mulai sekarang, saya dapat meneruskannya dan tidak pernah selesai, tidak dengan sesederhana melantunkan pujian kepada sang murid; karena semua cinta Allah ada padanya. Dialah sang kekasih. Bergerak menuju kepada yang dicintai. Kenapa dia dipanggil orang yang elit (khusus) kalau bukan karena mereka elit (khusus)? Merekalah orang yang elit (yang jumlahnya hanya kecil - khusus) Fuqara (bentuk jamak dari Faqir*), "Shaykh Abu Madyan, radiya'llahu 'anhu, berkata, "mereka-lah para raja, mereka-lah para tuan, mereka-lah para pangeran". Jika kamu adalah orang ini. Kamulah orangnya. Jika kamu bukan orang ini, kamu bukanlah orangnya. Jika lahiriah kamu adalah seorang sultan dan lahiriah adalah pangeran, berarti kamu bukan dia. Karena para Sultan ini ada di dalam (batiniah) dan para pangeran ada di dalam (batiniah). Di luar (lahiriah) mereka adalah debu dan di dalam (batiniah) adalah emas. Dan sangat jarang orang seperti ini sekarang. Imam Junayd, radiya'llahu 'anhu melalui jalan raya Baghdad dan berkata, "Di mana saya akan bertemu satu orang di seluruh Baghdad" satu orang dari seluruh kota Baghdad, pada zaman itu dari Shibli, Hallaj dan Junayd, dan mereka semua adalah wali-wali (awliya) Allah yang hebat.
Al-Hujwiri, radiya'llahu 'anhu membicarakan jaman para Sahabat, katanya, "Sufisme sebuah nama tanpa kenyataan. "Jadi apa sekarang?" saya dari Jalan ini, atau saya dari Jalan ini. Saya punya Shaykh ini, atau saya punya shaykh ini." Sekarang kamu berada dengan sesuatu yang berlawanan dari Imam al-Junayd. Pada masa asal Imam al-Junayd, jika dia di sana, kamu akan berpegangan teguh kepada dia, kamu akan tabah bersama dia, kamu tidak akan mau berpisah dari dia, kecuali karena perintahnya dan lalu kamu merengek , dan melawan, dan menolak berpisah dengannya.
Dan pada saat ini saya menyeberangi Islam dari satu akhir ke tempat lainnya, dan lalu di manapun umat muslim berada, Saya bertemu orang yang mengatakan, "Oh, Saya pergi ke Damascus." Kata mereka, "Saya punya seorang Shaykh di Cairo". Saya pergi ke Cairo. dan Kata mereka, "Saya punya seorang Shaykh di Pakistan." Saya pergi ke Pakistan, Kata mereka, "Saya punya seorang Shaykh di Morocco." Apa ini? Apa ini tassawuf ? Itu hanya sebuah gambar di dinding. Apakah itu? "Saya ingin di dekatmu". " Pergi dan lakukan urusanmu". "Lalu kita dapat meninggalkan urusan kita dan kembali" : Itulah Pencinta. "Saya tidak ingin dipisahkan dari-mu." "Pergi, kamu harus pergi"
Lalu dalam perjalanan tersebut banyak rahasia, tapi meskipun kamu tetap tabah kepada seorang Shaykh*. Kenapa? Kenapa kamu harus tetap tabah kepada seorang Shaykh? Apakah yang mereka katakan tentang sufi benar? Dan apakah semua ini semua bi'dah, dan seseorang menempatkan antara manusia dengan Allah? Tidak! Siapakah Sadiqun? Mereka adalah yang ketika kamu melihatnya, mengingatkan kamu kepada Allah. Mereka adalah cerminmu, di mana kamu dapat melihat refleksi lebih dalam pada kenyataan dari wujud, pada kebenaran dari wujud. Betapa besar hal ini, ketika kamu melihat orang-orang ini, ketika kamu berjumpa dengan orang-orang ini, dan ketika kamu duduk bersama mereka. Apakah ini? Apakah itu yang lewat di antara kamu. Seseorang mengatakan kepada saya, "Andaikan mereka tahu apa yang kita punyai, mereka akan mencoba mencurinya dari kita." Tetapi kamu tidak dapat mencurinya. Bagaimana kamu bisa mencurinya? Tapi apa itu Murid? Mari kita balik kepada sumbernya. Shaykh 'Abdal-Qadir al-Jilani, radiya'llahu'anhu, adalah sumber dari pengajaran, dari tassawuf (Ihsan). Dia berkata, "Jadilah seperti mayat di tangan orang yang memandikan" ini yang dia katakan di Ayniyya. Siapakah ini? Siapa orang ini? Inilah seseorang yang menarik.
Ketika Haji Issa keluar dari khalwa, Shaykh Muhammad al-Fayturi Hamuda berkata kepadanya pada saat itu dia telah sampai pada Ilmu, marifat, dan cahaya-cahaya, "Sekarang kamu adalah hamba dan pelayan dari fuqara." Ketika Saya memberi idhin Abdal-Kabir sebagai Muqaddam, dan dia pergi ke wali dari Bahlil yang telah mengatakan sebelumnya bahwa dia akan menjadi seorang Muqaddim, dan tak ada tanda dia menjadi Muqaddim. dia menjadi pribadi yang sempurna. dia pergi kepadanya dan berkata. "Sekarang apa yang harus saya lakukan?." Dan katanya, "Muqaddim adalah sebelum Fuqara' seperti keledai di mana para fuqara meletakan beban-beban dan masalah-masalah mereka, dan dia dibelakang para fuqara seperti anjing, yang berlari di belakang fuqara melindungi mereka tanpa mereka mengetahuinya, ini adalah nama Allah, al-Muqaddim, dan itu adalah nama dari Sayyiduna Muhammad salla'llahu 'alayhi wa sallam".
Sebuah nama yang luar biasa. Dan di dalamnya ada rahasia dari 'ubudiyya penghambaan, di dalamnya ada rahasia-rahasia dari penghambaan, karena segala sesuatu mempunyai sifat-sifat Allah, Maha Agung Allah. Dan jika dihubungkan dengan kita, itu membuat kita menjadi rendah. Karena Allah tidak dapat diserupakan dengan apapun. Allah yang Maha Agung dan Maha Tinggi, dan kita adalah rendah. Allah adalah Allah dan hamba adalah seorang hamba.
Lihatlah ini, Dapatkah kamu lakukan dalam lima menit? Dapatkah kamu mencapainya dalam lima menit? Dapatkah kamu mengambilkan untuk saya dalam lima menit? Dapatkah kamu letakan topi di atasnya dan berlalu? Dapatkah kamu berikan tangan? Saya telah bertemu lagi, lagi dan lagi orang-orang yang mengatakan, "Oh, Saya telah mengambil tangan (ba'yat) seorang Shaykh." Jadi, apa yang akan dia lakukan dengan koleksi tangan (bay'at) ini? Apa dia simpan dalam kotak? Apa ini? Apa ini Tassawuf? Di mana hatimu? Saya tidak tertarik dengan tangan-tangan kamu. Saya tidak ingin orang-orang cacat. Syariat katakan kepadaku kamu adalah pencuri! Syariat katakan kepadaku kamu adalah pencuri! Ini bukan ba'yat (mengangkat sumpah kepada seorang Shaykh Tariqa sebagai pembimbingnya). Kamu tak dapat mengatakannya. Para pencinta sejati menyembunyikan cinta mereka. Pencinta sejati menyembunyikan keinginan mereka. Mereka tidak membicarakan tentang itu. Para Pencinta palsu membual tentang pengalaman-pengalaman cinta mereka. Para pecinta sejati tersembunyi, diam, ketika setiap orang berbicara, karena mereka meminum pengalaman-pengalaman sejati cinta. Saya telah memberikan tangan saya kepada seorang Shaykh: Apa gunanya itu untuk dia? Apa yang akan dia lakukan dengan itu? Ini adalah sesuatu yang besar.
Setelah Moulay 'Arabi ad-Darqawi, radiya'llahu 'anhu, khalifahnya adalah Shaykh Ahmad al-Badawi dari Fez (sebuah kota di Maroko, Afrika Utara). Wali yang Luar biasa ini mempunyai dua Zawiyya: satu zawwiya di Fez, dan dan di dalam zawiyya ini ada sekumpulan laki-laki yang hebat, yang hebat dan Salihun, yang paling agung di antara para arifin. Di sana pernah ada Sidi Tayyib, Sidi Muhammad ibn Huwari. Orang-orang ini semuanya adalah wali-wali yang tinggi, dan mereka semua ada di zawwiya Ahmad al-Badawi, radiya'llahu 'anhu. Shaykh Ahmad al-Badawi sudah cukup tua, dan suatu hari dalam hati para laki-laki yang hebat ini ada keinginan, timbul keinginan di antara mereka untuk memimpin, dan mereka mulai bertanya-tanya siapa yang akan menjadi Shaykh berikutnya, dengan ishara Shaykh Ahmad al-Badawi mengetahui hal tersebut dan menjadi sangat marah. Shaykh masuk ke dalam zawiyya dan berkata kepada mereka, "Kamu semua Fuqara bangun. Aku ingin kamu semua menyapu dan membersihkan zawiyya sehingga tidak ada lagi setitik debu-pun." Lalu mereka mulai menggulung burnoose (semacam jubah luar) dan djellabas (jubah dalaman) dan mereka mengambil sapu dan menyapu zawiyya sehingga keseluruh pojok ruang. Shaykh datang kembali dan berkata, "ini menjijikan. Apa ini yang kalian sebut bersih? Lihat disana kotor sekali. Bersihkan." dan mereka membersihkannya. Shaykh datang lagi dan berkata, "Tut, tut, tut. Kamu tidak mendengarkan saya. Apa ini? Kamu mempermainkan saya? Lihat ini. Lihat di sana, Bersihkan lagi. Bersihkan lagi atau kalian saya lempar keluar," dan Shaykh pergi lagi. Mereka bersihkan, dan mereka bersihkan dan mereka bersihkan, sampai semuanya kelihatan mengkilat seperti kaca. Shaykh datang kembali dan berkata, "Apa ini? Lihat disana masih berdebu," dan hati dari Muhammad al-Arabi pecah bergetar, dia berlutut dan mulai menyapu lantai dengan jenggotnya, dan pada saat itulah Shaykh Ahmad al-Badawi melihat Khalifahnya dan penerusnya, itulah masa ahl as-suffiya disebut di Maroko, pada saat itulah diperlihatkan dengan ijin Allah Manzil yang terhebat yang dapat diperlihatkan dimuka bumi. Dan dengan kejadian itu namanya tersebar diesluruh Afrika utara, dan keseluruh Hijaz, ke Makkah. Mengertikah kamu? Mengertikah kamu apa yang saya katakan?
Bukan kepatuhan: dalam cinta. Itu adalah puisi. Itu adalah lagu. Apa yang terjadi dari hati! Betapa indah! Itu adalah keagungan yang menjadi keindahan, inilah tasawwuf. Inilah Ilmu. Apakah di luar sana di dalam mall? Bagaimana, darimana kamu akan memulai? Apa yang kamu bicarakan? Hakikat? Kepada keliaran? Sayyiduna Muhammad, salla'llahu 'alayhi wa sallam, berkata, "bicaralah kepada orang menurut apa yang mereka mengerti." Bagaimana pengertian Suffiya (Ihsan), pengertian tentang hakikat itu luarbiasa, sangat hebat, kecerdasan mulai dimana ketika kecerdasan orang lain telah berhenti. Bukan dengan rasionalisme (cara berpikir yang menggunakan otak), bukan dengan berpikir, tapi dengan Hal (artinya, suatu yang terjadi dalam hati tanpa ketergantungan atau usaha), dengan dhawq (gelora kegairahan hati yang hidup), dengan khawf (rasa gentar pada sang pencipta), dengan menangis, dengan pergulatan, dengan kegelapan dan berdhikir dalam kegelapan, dengan Muraqaba adalah menyaksikan. Kamu tidak dapat membicarakannya sampai dimana orang-orang tersebut menyesuaikan diri padanya. Kamu tidak tidak dapat terbiasa dengannya jika dudukpun kamu tidak bisa benar. Kamu tidak tidak dapat terbiasa dengannya jika dudukpun kamu tidak bisa diam. Shaykh Sidi al-Jamal, radiya'llahu'anhu, berkata, "Lipat tanganmu, tundukan pandanganmu, jangan bergerak, atau atau saya terbang pergi meninggalkanmu." Dapatkah kamu melihat? Lahiriah kamu lakukan ini, Batiniah kamu lakuan itu. Itulah semuanya. Tapi siapa yang dapat melakukannya untuk satu menit, untuk lima menit?
Betapa menarik, betapa menakjubkan untuk mahluk manusia yang dia menginginkan sesuatu yang dia belum siap untuk membayarnya. Dia tidak akan dapat lakukan di mall. Dia akan ditahan, tapi dia akan mencoba melakukannya dengan hakikat*. Kamu dapat mencuri bendanya, tapi kamu tidak dapat mencuri keadaanya. Ilmu tidak diberikan begitu saja, itu sudah menjadi milikmu. Kamu menemukan, kamu memiliki. Bagaimana kamu menemukan kamu memiliki? Dengan Adab. "at-Tariqa kulluha adab". Sopan-santun. Kamu harus mulai lagi dari permulaan. Di sana ada sekumpulan Sufi dari Karachi. Dari Karachi ke Bangladesh, dari Bangladesh ke Malaysia, dari Malaysia ke Indonesia dan kembali berputar ke California. Tapi ini, hanya sedikit, hanya sedikit, tapi ini tidak ada yang baru. Selalu hanya sedikit. Kenapa mereka-mereka disebut yang elit?
Shaykh Abu'l-'Abbas al-Mursi, radiya'llahu 'anhu, berkata, "mudah : mudah untuk menemukan Allah. Mudah untuk ber-marifat, tapi sangat sulit untuk menemukan seorang Shaykh" dengan kata lain ketika kamu telah bertemu dengan Shaykh, maksudnya kemudian bertemu Allah adalah urusan yang mudah. Allah tersembunyi dikarenakan dari menemukan Shaykh. Dan siapakah Shaykh itu? Shaykh Sidi Muhammad ibn al-Habib, radiya'llahu 'anhu, berkata secara terbuka siapa mereka: "Adanya cahaya sebelum mereka berbicara, dan dengan dhikir dari la ilaha'ilallah dia menghilangkan godaan darimu, dan dia mengangkatmu. Dia mengangkat Hal-mu (artinya, suatu yang terjadi dalam hati tanpa ketergantungan atau usaha), hanya dengan kedipan mata (artinya dalam sekejap), hanya dengan melihat." Shaykh Ahmad al-Badawi, radiya'llahu 'anhu, berkata, "Satu kedipan dari seorang Shaykh menghapus seribu kesalahan". Tapi untuk siapa? Itulah keindahan dari kedipan, dan di sanalah keagungan dari menundukan pandangan. Dan murid adalah pecinta yang terbang tanpa lelah di antara keindahan dan keagungan, sekarang melihat, sekarang bersembunyi dan sekarang bersembunyi, mencuri pandangan-pandangan dari Shaykhnya; dan Shaykh, menurut Ibn 'Ashir, radiya'llahu 'anhu, membuat doa, menghadirkan hambanya kepada Tuannya ketika dia berada dihadapan sang Raja. Shaykh meletakan hambanya dihadapan Allah dalam permohonan, itulah sebabnya Shaykh Muhammad ibn al-Habib, radiya'llahu 'anhu, berkata, "Jika kamu melihat saya kamu akan mencapai Allah. Jika kamu melihat orang yang telah bertemu aku, kamu telah mencapai Allah".
Karena artinya inilah cerminmu. Kamu adalah mata yang melihat kepada kacamu sendiri, dunia yang di hadapan-mu sebagai kaca, dan jika kamu telah melihat ke sini, kamu telah melihat ke dalam keadaan dirimu sendiri, melihat ke dalam hatimu sendiri, kamu bermarifatullah (mengenal Allah ). Kamulah yang elit (mereka yang jumlahnya sedikit dan khusus), kamu salah-seorang yang telah dipilih, kamu salah-seorang yang dicintai, dari yang Allah ta'ala telah membuat kumpulan ini khusus, dan khalayak umum diantara-mu yang membicarakann tentang kedekatan (kepada Allah) dapat mempunyai arti ganda. Itu akan berarti dualisme, dan bukan tawhid.
Inilah Ilmu-ilmu, inilah kesadaran-kesadaran, inilah pengalaman-pengalaman. Lihatlah buku dari al-Makki yang berjudul Qut al-Qulub, Perkembangan dari Hati. Apakah hatimu berkembang? Dari mana ini akan berkembang? Darimana ini akan berkembang jika bukan dari cahaya Allah? Kamu binatang-binatang atau khalif-khalif (orang-orang yang diberi kepercayaan oleh Allah)? Apak kamu khalif? Apa kamu benar khalif? Orang yang yakin dalam? Dalam kehadiran Allah. Sungguh hal yang luar-biasa dengan apa yang telah diperbuat terhadap dirimu. Jangan anggap remeh dirimu sendiri. Fuqara* (kumpulan para faqir: adalah dia yang telah berpaling dari kesia-siaan pencarian dunia ini dan melangkah pada pencarian atas al-Haqq) merekalah para pangeran-pangeran, merekalah para sultan-sultan. Abu Madyan al-Ghawth berkata, "kapankah telingaku mendengar kabar tentang mereka? Kapan mataku akan dapat melihat mereka?" Inilah kerinduan, kerinduan untuk fuqara', kenapa? Karena mereka adalah kumpulan dhakireen (orang-orang yang berdhikir) , merekalah orang-orang yang cinta kepada Allah, yang membicarakan Allah, yang mabuk dalam Allah, yang hidupnya untuk Allah, yang cinta Allah, yang beramal karena Allah, yang keberadaannya karena Allah, yang tidak peduli dengan dunia, yang tidak tenang dengan kesyirikan, tidak tenang dengan penghambaan kepada selain Allah, walaupun dirinya sendiri, karena dari dirinya sendiri, walaupun dari dirinya sendiri, dan karena dari Allah
Karena kamu adalah milik Allah. Biarpun jika cintamu kepada Allah adalah perintah-Nya, marifatullah adalah hadiah -pemberian-, apa yang kamu katakan tentang ini? Di mana kamu di dalamnya? Apakah kamu merindukan dengan sangat -hadiah- yang sudah di hadiahkan? Tempat apa yang kamu punyai? Apa benar ini punyamu? Apa pengakuan yang kamu punya terhadap segala sesuatu? Tiada yang wujud selain ALLAH (Allah, Allah, Allah). Hakikat* adalah sangat dahsyat. Jika sekarang saya keluar ke mall dan mengatakan tentang ini, Saya akan ditahan sebagai orang gila, bukan sebagai seorang evangelist (missionaris kristen yang mengetuk pintu dari rumah ke rumah). Kamu tidak dapat menyatakan ini kecuali kepada para pencinta sejati. Ketika dia berbicara kenyataan tentang marifatullah, Imam Junayd, radiya'llahu 'anhu, mengunci tujuh pintu. Dia tidak akan berbicara sampai tujuh pintu telah terkunci. Mereka berada di belakang tujuh pintu sebelum berbicara.
Kenapa? Karena inilah ilmu yang murni dari Hadist, karena mematuhi perintah-perintah dari Allah, "berbicaralah kepada orang-orang sesuai dengan ilmu yang ada pada mereka", dan lebih dari itu, dari hadis dari Abu Hurayra, radiya'llahu 'anhu, dalam Shahih Bukhari ketika katanya, "saya punya dua kantung. Saya ambil dari Rasul, salla'llahu 'alayhi wa sallam. Satu dari kantung tersebut saya ceritakan padamu, Jika Saya mengungkapkan kantung lainnya kepada kamu maka tenggorokan saya akan putus dari badan saya"
Shaykh al-Akbar Muhyid-din Ibn al-'Arabi, radiya'llahu 'anhu, berkata arti dalam pada tenggorokan ini menunjukan dia membiacarakan tentang dhwaq, tentang rasa, karena tenggorokan adalah alat perasa, dan inilah yang dimaksudkannya: Saya mengambil dari Rasul, salla'llahu 'alayhi wa sallam, ilmu, dhawq, Jika saya membicarakannya, Saya akan dibunuh." Ini sufi-sufi yang berkata, " jika dia berkata tentang ini, dagingnya halal untuk kami.' Mereka sufi-sufi yang mengerti perkataan ini, bukan oran-orang dari shariat. Di luar shariat, di dalam hakikat. Zawiyya (tempat atau suatu pojok dimana para sufi berkumpul dan berdhikir) pada hari kamis, Shalat Jumu'a pada hari Jum'at.
Tariqa Sufi yang sejati tidak pergi ke tempat mereka sendiri pada hari jumat. Mereka pergi dengan orang-orang karena mereka adalah 'abd (hamba), mereka adalah budak Allah. Semuanya menegaskan shariat lahiriah. Mereka Shalat dengan orang-orang, mereka berpuasa dengan oran-orang, mereka Shalat Ied dengan orang-orang. Karena semua ini adalah nawafil, semua ini adalah tambahan , semua ini adalah bukan urusan seseorang. Ini adalah urusan Allah. Jika kamu membicarakan ini di pasar, kamu bukan membicarakannya di antara para pecinta Allah
Ihsan (Tassawuf) mempunyai tiga aturan. Satu adalah selalu bersama (berkumpul), apa yang kita lakukan, duduk, karena dengan cara inilah semuanya terjadi, pemindahan kesadaran dari dalam terjadi. Lubb berubah dengan selalu bersama. Dua, Mendengarkan, mendengarkan berarti kamu tidak pindah, tidak bergerak, kamu duduk sebagai seolah seorang budak, bukan anak kecil, bukan seperti seorang raja. Mendengarkan artinya kamu mendengarkan dengan kupingmu dan lututmu, seluruh dirimu. Tiga, mengamalkan apa yang kamu dengar, dengan kata lain ketika itu sampai kepadamu dan itu adalah untukmu. Jangan kamu muntahkan kembali. Itulah IHSAN. Selesai.
Siapa yang siap untuk itu? Siapa yang mau untuk itu? Hanya segelintir orang. Shaykh Ahmad Zarruq, radiya'llahu 'anhu, Shaykh dari Shuyukh kami, berkata, tidak ada yang lebih buruk dari sufi yang bodoh (ignorant). Siapa sufi yang bodoh itu? Sufi yang bodoh adalah Sufi yang, berkata saya, yang tidak dapat dikekang, yang tidak dapat diikat. Shaykh Muhammad ibn al-Habib, radiya'llahu 'anhu, menerima seorang faqir, dan berkata, 'saya meletakan ikatan dilehermu. Maukah kamu menerimanya? Itu permulaan darinya. Jika mereka berkata, "ya", maka terjadilah ikatan antar mereka. Sungguh luarbiasa, sungguh suatu yang indah, dan bagaimanapun ini sama sekali tidak dapat masuk ke dalam hati dari orang yang tidak menginginkan wajah Allah.
Al-'Aziz. Huwa'l-'Aziz, al-'Azizu. 'Aziz artinya "jalan yang sukar ditempuh, Sulit di masuki, Maha Kuat," dan al-Aziz adalah hakim, yang Bijaksana. Di sana ada kebijaksanaan, ma'rifa hanya untuk orang arif, seperti madu untuk lebah, kotoran adalah untuk lalat dan madu untuk lebah, jadi sebuah nasehat dari Ahl as-sufiyya adalah beramal (bertindak) secepatnya ketika kamu mendengar berita ini dari wilayah berpikir dan berbicara ke wilayah amal. Shaykh Muhammad al-Fayturi Hamuda berkata, "bersegeralah menuju kepada iman. Bersegeralah menuju kepada amal."
Apakah amal itu? Itu adalah menuju kepada kegiatan dhikrullah. "Ya ayyuha'lladhina amanu'dhkuru llaha dhikran katheeran wa sabbihuhu bukratan wa asila." (Qur'an 33:41) Dhikr, dhikr, dhikr dengan lidah, dhikir dengan kesadaran, sampai kamu mendapat dhikir dari dalam hati. Tapi dhikir adalah dhahir, dhikr adalah lahiriah, pada lidah. Fikr adalah di dalam: pindah dari wilayah panca-indra menuju wilayah kesadaran, dari hiss* kepada ma'na*, dan kamu pindah dari ma'na menuju sirr*, dari ma'na ke rahasia, inilah urusan kita.
Ini tersusun dalam lapisan, ini dicapai dalam tingkat-tingkatan, dan apakah tingkatan itu? Tingkatan itu adalah melayani fuqara', adab di antara fuqara', adab dengan Shaykh, dan adab yang tertinggi: adab dengan Shaykh*, dan adab dengan saudara. Lalu barulah kamu sampai kepada ilmu, kamu akan mencapainya dalam waktu yang singkat, Shaykh Mawlana Ahmad bin Mustafa al-'Alawi, radiya'llahu 'anhu, berkata, "kita tidak minta untuk bertahun-tahun darimu." Tapi kepada siapa dia berkata? Bukan untuk khalayak umum, tapi untuk orang-orang yang rindu sangat kepada Allah, jika perlu dibayar dengan harga nyawa dan hidupnya. Banyak orang punya cerita romantis tentang kaum sufi, karena mereka ketika membacanya berpikir itu dari timur, mereka pikir itu puisi. Ketika mereka membacanya harga yang dibayar dari ini adalah tangisan darah, mereka pikir itulah sajak, kisah-cinta, dan betapa indah, dan ya, ya kita semua cinta Allah. Dan mereka bersungguh-sungguh. Sebelum kamu habis, sebelum kamu selesai, sampai tidak ada lagi yang tersisa darimu, kalianlah sang pencinta
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar