Selasa, 02 Desember 2008

Antara Yusuf dan ABG Kita

Antara Yusuf dan ABG Kita
Oleh : Rivanli Azis*

Hari itu menjadi awal perjalanan panjang hidup seorang Yusuf.Anak Nabi Ya’qub itu dikhianati saudara-saudara seayahnya.Meski Ya’qub mulanya tak mengizinkan,mereka tetap memaksa dibolehkan membawa Yusuf bermain-main.Akhirnya,Yusuf dibawa main.Niat jahat saudara-saudaranya terus menggelora.Akhirnya Yusuf dilempar ke dasar sumur.Untuk mengelabui ayahnya yang buta,ia bawa baju Yusuf pulang.

Betapa malang nasib anak muda berhati mulia itu.Ia harus meringkuk di dalam sumur.Tetapi Allah berkehendak lain.Di kemudian hari diketahui, baha semua cobaan itu adalah bagian dari jalan menuju kemuliaannya.Tak ada prestasi tanpa ujian.Karena ujian membuat prestasi jadi jelas ukurannya.Demikian pula iman.Setiap orang mukmin pasti diberi ujian oleh Allah.Tak terkecuali Nabi dan Rosul Allah.

Beberapa waktu kemudian,ada kafilah lewat.Mereka beristirahat dekat sumur itu.Salah satu dari mereka hendak mengambil air di dalam sumur itu.Ia pun memasukkan timbanya ke dalam sumur, tanpa sedikitpun tahu bila di dalam sumur itu ada seorang anak muda,korban kejahatan saudaranya.

Segera saja Yusuf meraih timba itu.Begitu timba sampai diatas, sang Musafir kaget bukan kepalang.Ia sangat heran.Setengah berteriak ia berucap,”Oh, kabar gembira,ini seorang anak muda.”Ia heran mengapa di dalam sumur ada anak.Tapi,kalau saja si musafir itu orang baik-baik,mungkin cobaan Nabi Yusuf akan berakhir.Tapi Yusuf justru disimpan dan dijadikan barang dagangan.Dan bukannya dikembalikan kepada orang tuanya.Didorong keinginan materi,akhirnya Yusuf dijual.Cobaan Yusuf bertambah lagi.Setelah terkurung didalam sumur,kini ia terkungkung dengan statusnya sebagai orang jualan.

Yusuf dibawa ke Mesir.Setiba disana,nasibnya sedikit berubah.Ia dibeli oleh keluarga Raja Mesir,yang bergelar Al-Aziz.Sejak itu,ujian yang diterima Yusuf seakan reda.Karena keluarga raja memperlakukan Yusuf dengan baik.Yusuf tumbuh menjadi pemuda seperti pada umumnya.Wajahnya tampan.Tubuhnya mempesona.Daya tarik lahiriah ini ternyata menimbulkan ujian lain bagi iman Yusuf.Derita fisik yang ia alami dari perlakuan saudara-saudaranya,kini berganti dengan derita bathin.Apa masalahnya? Istri Al-Aziz ,yang merupakan wanita terpandang di negeri itu tergoda oleh Yusuf.

Syetan mulai merasuki istri Al-Aziz.Ia mencoba menggoda Yusuf.Segala cara dilakukan.Tapi Yusuf tetap tegar.Meski Yusuf sendiri juga perlu kekuatan besar untuk mengendalikan syahwatnya.Pintu dan jendela sudah dikunci oleh istri Al-Aziz.Yusuf bukan sembarang pemuda.Rasa malu dihatinya kepada Allah membuatnya tetap menolak ajakan istri Al-Aziz.Akhirnya istri Al-Aziz mengejarnya.

“Marilah kesini,”kata istri Al-Aziz.
”Aku berlindung kepada Allah,sungguh tuanku telah memperlakukan aku dengan baik.”
Yusuf pun lari ke arah pintu.Keduanya berlomba-lomba menuju pintu.Wanita itu menarik baju gamis Yusuf.Saat itulah Al-Aziz muncul di depan pintu.Tapi cobaan belum berakhir.Justru istri Al-Aziz menuduh dirinya hendak memperkosanya.
”Apakah pembalasan terhadap orang yang bermaksud berbuat serong dengan istrimu,selain dipenjarakan atau dihukum dengan azab yang pedih,”kata istri Al-Aziz.

Yusuf segera menyela,”Dia menggodaku untuk menundukkan diriku kepadanya.”
Suami (Al-Aziz) meminta agar Yusuf merahasiakan peristiwa itu.Ia juga meminta istrinya agar segera bertaubat kepada Allah.Tapi berita itu sampai juga ke luar.Wanita-wanita di Mesir mengecam peristiwa itu.Tetapi istri Al-Aziz (Siti Zulaikha) tetap berpegang pada pendiriannya.Ia kumpulkan wanita-wanita itu,lalu diberikannya masing-masing sebuah pisau untuk memotong jamuan.Tatkala melihat keelokan Yusuf,mereka tertegun dan melukai jari tangannya.

Akhirnya istri Al-Aziz mengganjar Yusuf dengan penjara.Tapi Yusuf lebih memilih masuk penjara daripada melayani keinginan wanita itu.Yusuf berdo’a,”Wahai Tuhanku,penjara lebih aku sukai daripada memenuhi ajakan mereka kepadaku.Dan jika tidak Engkau hindarkan daripadaku tipu daya mereka,tentu aku akan cenderung untuk memenuhi keinginan mereka dan tentulah aku termasuk orang-orang yang bodoh.”

Di penjara bukan berarti harus berduka lara.Justru di dalam penjara itu Yusuf mendakwahi narapidana yang ada disana.Ketika ia dimintai rekan sesama satu penjara untuk menakwilkan mimpinya,Yusuf mengajak mereka untuk mengEsakan Allah.”Hai kedua temanku dalam penjara manakah yang baik,tuhan-tuhan yang bermacam-macam itu ataukah Allah Yang Maha Esa lagi Maha Perkasa?

Begitulah, waktu terus berlalu,apa yang ditakwilkan oleh Yusuf benar adanya.Tetapi temannya yang keluar lebih dulu itu lupa pesan Yusuf,agar menanyakan kepada Raja bagaimana keputusan untuk Yusuf.Sampai akhirnya Yusuf bisa keluar,itupun setelah Raja kebingungan mencari siapa yang bisa menakwilkan mimpinya.Saat itu teman Yusuf yang sudah keluar itu baru ingat,bahwa di dalam penjara ada kawannya yang bisa menakwilkan mimpi.

Keluarnya Yusuf menjadi babak baru bagi perjalanan hidupnya.Akhirnya Yusuf bisa tinggal di Istana,malah menjabat bendahara negeri Mesir.Tak lama kemudian, ia bisa berkumpul lagi dengan ayahnya,juga dengan saudara-saudara tirinya.Kini coba sandingkan, antara wajah kehidupan Nabi Yusuf,dengan wajah keseharian anak-anak muda kita?Manakah mereka dari Yusuf?Apa yang bisa kita lihat dari kisah Yusuf dengan perilaku anak muda kita saat ini?Tak akn bisa dibandingkan.Tetapi sebenarnya setiap pemuda bisa mengejar cita-cita besar.Seperti ketabahan Yusuf itu.Bukan justru seperti sekarang.Banyak anak muda yang hancur berantakan.Terlibat kriminalitas,pecandu narkoba,pelaku seks bebas,dan masih banyak lagi perilaku busuk lainnya.Mereka menelan mentyah-mentah budaya barat.Seperti hari kasih sayang,pesta Halloween,dan lain sebagainya.Bahkan budaya yang dinegeri aslinya sudah basi sekalipun masih banyak yang laku keras di negeri ini.

Memang,banyak pihak yang harus bertanggungjawab.Tetapi pertama kali para pemuda itu sendiri yang harus bertanggungjawab.Sebab,meski keburukan mereka berdampak kepada orang lain,tetapi terlebih dahulu diri mereka sendiri yang hancur,di dunia maupun di akhirat.Kecuali mereka yang bertaubat lagi memperbaiki diri.Kita menanti lahirnya sosok-sosok Yusuf.Yang tabah,tegar,dan istiqomah di jalan iman.Meski punya modal ketampanan dan kesempatan,tetapi baginya Allah diatas segala-galanya.Kita menanti pemuda-pemuda Yusuf,agar umat ini tak sampai binasa.Agar bangsa ini tak harus hancur.
(dimuat di harian haluan edisi Februari 2008)
*Penulis adalah Koordinator Humas Lembaga Pengkajian Islam Fakultas Hukum Universitas Andalas Periode 2007-2008

Pendidikan

Pendidikan Putus Rantai Kemiskinan
Oleh : RIVANLI AZIS*
Kalau kita belajar dari Negara Vietnam, ada sebuah contoh yang sangat menakjubkan dan ini perlu ditiru oleh Penguasa negeri ini.Setelah hancur diluluhlantakkan oleh perang panjang melaan Amerika, namun dalam waktu yang relatif singkat berhasil mencapai kemajuan baik dibidang ekonomi,sosial dan kebudayaan.Kini setiap harinya orang-orang lalu lalang dengan kesibukan luar biasa,baik didesa-desa apalagi dikota-kota.Timbul pertanyaan dari kita.Darimanakah spirit ini diperoleh?
Ternyata spirit yang luar biasa ini diilhami oleh salah seorang tokoh besar Vietnam bernama Ho Chi Min.Ia pernah berkata ,”Wahai rakyatku, kita sudah berhasil mengalahkan musuh besar kita yaitu Amerika.Kita mampu melawan dan mengusir kekuatan adidaya itu dari negeri yang kita cintai ini.Sekarang musuh besar kita adalah Kemiskinan, jadi kita juga harus menang melawannya, dengan cara bekerja keras,dengan cara itu kita akan mencapai kemajuan di segala bidang.”Kalimat itu dipampang disudut-sudut kota dan pedesaan.
Dan slogan ini mampu membangkitkan motivasi serta semangat bangsa yang nyaris hancur diamuk perang itu.Begitu besarnya pengaruh slogan itu.Adakah pemimpin dinegeri ini yang memacu semangat rakyat agar giat bekerja dan optimis menatap kehidupan ?
Agar rakyat dapat bekerja dengan baik tentu dibekali dengan Ilmu Pengetahuan.Indonesia yang memiliki kekayaan alam yang melimpah ruah tentu membutuhkan Sumber Daya Manusia yang handal untuk mengolahnya.Sekarang masih kita temui ada rakyat Indonesia yang buta huruf,tidak bisa baca tulis,masih ada yang tidak mendapatkan pendidikan yang layak,masih ada yang meminta-minta dijalanan,masih ada yang tidur dikolong jembatan,masih ada yang mengais-ngais sampah mencari makanan yang mungkin ada tersisa sedikit disela-sela amisnya bau sampah.Begitulah problematika rakyat yang tidak dapat mengenyam pendidikan sehingga kemiskinan masih senang menggelayuti kehidupan rakyat kita saat ini.
Seandainya bangsa ini mau membangun negeri ini dengan pendidikan tentu kemiskinan akan berkurang.Tidak percaya ?Lihatlah Jepang.Ketika wilayah Jepang sudah hancur lebur dihantam oleh Sekutu ketika Perang Dunia Kedua,masih ada perhatian Penguasa Jepang waktu itu terhadap pendidikan.”Masih adakah Guru-guru yang hidup ?”ujar Penguasa Jepang.Begitu cinta dan hormatnya Penguasa Jepang kepada guru.Bandingkan dengan keadaan kita bahkan di sinetron-sinetronpun citra guru begitu direndahkan.Jepang bangkit mengejar ketertinggalannya dengan membangun Pendidikan.Hasilnya boleh dilihat sekarang.Jepang dikenal sebagai Industri Terkemuka di dunia dan sangat ditakuti oleh Negara adidaya seperti Amerika Serikat.
Mungkin ada sebahagian kalangan pakar berpendapat ,”Kemiskinan Bangsa ini karena jumlah penduduk yang besar sehingga menyebabkan tingginya pengangguran”.Benarkah adagium demikian ?Cobalah kita tengok Negara RRC(Republik Rakyat Cina).Cina dengan jumlah penduduk yang banyak ternyata rakyatnya sejahtera.Bahkan ada sebuah survey yang menyatakan ,”Setiap bulan di Cina ada 1000 orang kaya baru yang lahir”.
Dimanakah kehebatan Cina sehingga Cina kerepotan pula menurunkan persentase pertumbuhan ekonominya ? Jawabannya adalah Cina membangun Sumber Daya Manusia dengan terencana.Pendidikan menjadi prioritas Cina untuk mensejahterakan rakyatnya.Masihkah Penguasa negeri ini mengabaikan Pendidikan ?
Kemiskinan yang menggerogoti bangsa ini harus diputus dengan Pendidikan.Kalau kita lihat pada Konstitusi Negara Indonesia Ini tepatnya pada pasal 31 ayat 1 (satu) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 disitu dinyatakan secara tegas ,”Tiap-tiap Warga Negara berhak mendapatkan Pendidikan.”Kemudian dilanjutkan pada ayat 2 (dua)nya bahwa ,”Setiap warga Negara wajib mengikuti pendidkan dasar dan pemerintah wajib membiayainya”.Disini terlihat bahwasanya pendidikan dasar itu ditanggung oleh Negara.
Tetapi,kenapa banyak sekali kita temui pungutan yang dibebankan kepada Wali Siswa Sekolah Dasar ?Belum lagi masalah dana BOS (Bantuan Operasional Sekolah).Ada sebahagian kalangan menilai dana BOS tidak tepat sasaran bahkan ada yang dikorupsi.Kapan mau majunya Pendidikan kalau mental korupsi masih juga dipelihara ?
Demikian juga Pendidikan Tinggi.Pendidikan Tinggi memakan biaya yang lumayan besar.Bahkan saat ini beredar rumor ,”Orang Miskin Dilarang Kuliah”.Kenapa ini bisa terjadi ?Menurut beberapa pengamat Mahalnya Pendidikan di Universitas disebabkan Pemerintah tidak lagi memberikan subsidi kepada Universitas tersebut.Artinya apa ? Biaya penyelenggaraan pendidikan tinggi akan ditanggung sepenuhnya oleh Universitas tersebut.Diamanakah peran Pemerintah ? Kenapa Pemerintah tega mengkomersialisasikan Pendidikan tinggi ?Belum lagi masalah anggaran pendidikan sebesar 20% dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara dan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah yang sampai saat ini belum juga terealisasikan oleh semua daerah.Tidakkah Pemerintah tahu bahwasanya hal itu adalah amanat dari Konstitusi kita?
Mungkin bagi yang mendapatkan beastudi seperti yang Penulis alami,tentu tidak direpotkan dengan biaya pendidikan yang selangit.Bagaimana dengan mereka yang tidak mendapatkan Beastudi atau Beasiswa sementara Orang tua mereka untuk memenuhi kebutuhan pokok masih pontang-panting ?
Ada pengalaman dari seorang teman penulis yang lulus SPMB dan diterima di Perguruan Tinggi Negeri favorit tidak jadi kuliah disebabkan tidak mampu membayar uang masuk yang sekian juta rupiah.Begitulah keadaan yang menyedihkan yang terjadi di negeri ini.
Mungkin ada baiknya kita mengadopsi sistem cicilan yang diterapkan Cina.Pemerintah Cina membebaskan biaya Pendidikan Tinggi kepada Mahasiswanya dengan syarat Mahasiswa tersebut akan mencicil biaya yang dikeluarkan Pemerintah Cina setelah berpenghasilan tetap.Sebahagian Beasiswa ada yang menerapkan konsep seperti ini.Misalnya,lembaga beasiswa tersebut membantu Pendidikan satu orang Mahasiswa sampai tamat.Nantinya setelah tamat dan berpenghasilan tetap, Sarjana tersebut akan membiayai Yuniornya (mahasiswa dibawahnya) sampai tamat pula.Demikian seterusnya hingga banyak yang menikmati dan mendapat beasiswa.
Akhirnya,melalui tulisan ini Penulis berharap Semua elemen masyarakat dan Pemerintah memperkuat Pendidikan ini.Pendidikan merupakan Pondasi sebuah peradaban yang ingin maju.Kalau ingin generasi muda Indonesia sukses di kemudian hari perbaiki mutu pendidikan.Wallahu’alam bishawab !!!(dimuat di harian haluan edisi mei 2008)

*Penulis adalah Penerima Beastudi Etos DD Republika dan saat ini masih menuntut ilmu di Fakultas Hukum Universitas Andalas.Saat ini menjabat sebagai Sekretaris DPC PERMAHI Padang 2008-2010.

Senin, 01 Desember 2008

Kewirausahaan : Yusmael

Yusmael: Arti Nilai Kepercayaan Dalam Bisnis Sepatu
Kuliah Umum Kewirausahaan Unand 2008
Oleh : Penulis Materi Kewirausahaan Unand
Penulis :Sriwahyudi dan Ichwan Adnan
Editor :Rivanli Azis
“ Yang penting dalam menjalankan suatu bisnis atau usaha adalah adanya kepercayaan dari masyarakat terhadap mutu dan kualitas kinerja kita selaku seorang wirausahawan”. Ya, sepenggalan kalimat itulah yang disampaikan pemateri dalam kuliah kewirausahaan Unand minggu ini. Sosok yang mengisi kuliah umum minggu ini adalah bapak Yusmael, seorang pengusaha sepatu yang mana merupakan pengusaha pertama yang bergerak di bidang properti yang hadir di Unand untuk mengisi materi kuliah minggu ke 4 November tahun ini.
Kuliah kewirausahaan kali ini dibuka oleh bapak rektor Unand, yang menyempatkan hadir untuk memberikan motivasi kepada mahasiswa yang hadir untuk selalu melakukan wirausaha apapun, asal halal. Langsung kepada pemateri kita minggu ini, sosok Yusmael memang terasa “asing” ditelinga sebagian mahasiswa yang hadir. Mungkin sosok ini lebih dikenal diluar pulau sumatera. Yusmael merupakan sosok yang memenuhi jumlah pengusaha yang sukses dalam pendidikan. Hal ini dapat dilihat dalam riwayat pendidikan dari yusmael yang berhasil sampai tamat pada jenjang pendidikan di STKIP Padang, walaupun dengan perjuangan yang berat dalam melalui semua rintangan yang dihadapi.
Perjalanan hidup beliau memberikan arti penting sebuah nilai harga diri dalam menjalankan hidup sebagai manusia. Bagaimana menghormati orang tua, guru, keluarga sampai kepada menghormati sebuah pekerjaan. Bagi penulis, tidak salah kalau Unand menghadirkan sosok ini untuk memberikan pengarahan kepada mahasiswa minggu ini. Ancung jempol untuk Unand. Beliau menjalani hidup dengan “susah payah” untuk dapat menuntut ilmu guna masa depannya nanti. Setelah tamat SD, beliau pernah bekerja di pasar dengan tanpa imbalan. Ya, mungkin hal ini sangat jarang kita temui, bekerja namun tidak “ingin” dibayar.
Setelah menyelesaikan pendidikan di SMA, beliau melanjutkan pendidikan di STKIP Padang. Disamping kuliah, beliau mengajar di SMA yang mana gaji mengajar digunakan untuk membayar uang kuliah dan biaya hidup semasa kuliah di Padang. Pria yang memiliki “rasa keinginan tahu yang kuat” ini memiliki motivasi tersendiri ketika mengajar di sekolah, beliau ingin menjadi seorang guru. Namun apa boleh dikata, garis hidup beliau menggambarkan hal lain. Ketika masih mengajar, beliau menikah dengan status “terpaksa” yang mana dilakukan demi kepentingan keluarga semata.
Pengusaha sepatu ini menceritakan perjalanan usahanya setelah menikah banyak mengalami masa sulit, bahkan dirasa paling sulit yang dia rasakan selama menjadi manusia. Pertama adalah ketika dia berhenti menjadi pengajar, banyak sekali “ucapan-ucapan” rendahan akan dirinya. Dan yang kedua adalah bagaimana seorang istrinya begitu saja meninggalkan dirinya yang sedang mengalami masa sulit dalam perekonomian.
Dalam kondisi seperti itu, beliau memiliki motivasi tersendiri dalam hidupnya yang disampaikan kepada para mahasiswa yaitu kita boleh saja miskin harta tapi tidak dan jangan sampai miskin ilmu. Motivasi itulah yang membuat beliau bangkit dalam keterpurukannya, juga dibantu dengan selalu bermunajat kepada Allah SWT. Dalam pikiran beliau saat itulah adalah menjadi seorang entreprenuer sepatu.
Sosok yang memiliki omset usaha hingga 1,5 M ini lalu memulai usaha sepatu dengan bekerja sama dengan pihak bank. Dalam menjalankan bisnisnya tersebut, Yusmael telah mengalami “jatuh bangun” sebanyak tiga kali berturut-turut, dari tahun 2003 hingga akhir tahun 2006. Jika kita hitung, berarti itu telah terjadi dua tahun yang lalu. Kini, usaha beliaun telah meningkat pesat. Usahanya pun telah memiliki cabang yang terletak disebagian kota di Sumatera Barat. Bisnis sepatu beliau lebih memilih pasaran pada pejabat pemerintahan, walaupun tidak menutup kemungkinan juga meliputi ruang lingkup masyarakat umum.
Perusahaan sepatu Yusmael pertama kali dikenal dengan nama Yoesani Shoes, yang mana nama perusahaannya tersebut merupakan gabungan nama beliau, istri dan anak beliau. Namun karena tuntutan dunia usaha yang berkembang beliau menggantinya menjadi Honestly Shoes, nama yang satu ini cukup terkenal karena produk-produknya sudah dipakai oleh para pejabat pemerintah pusat seperti bapak wakil presiden RI, Yusuf Kalla.
Dalam memberikan pemaparannya kepada para hadirin yang mayoritas dihadir oleh mahasiswa itu, Yusmael banyak memberikan pelajaran dan pendidikan mengenal arti penting sebuah kepercayaan, karena dengan modal itulah beliau membangun bisnisnya ini hingga sekarang. Banyak sekali ucapan beliau yang memberikan motivasi tersendiri bagi kita. Seperti bagaimana sikap kita sebagai seorang pengusaha apabila kita sudah sukses dalam hidup kita. Dia menerapakan 3 prinsip yang harus tertanam dalam setiap diri wirausahawan sukses itu adalah tau akan pola “hitung-menghitung”, tau akan masyarakat (sosiologi), dan punya sikap sabar.
Berpikirlah secara positif, merupakan motivasi sosok yang merupakan alumnus STKIP jurusan sastra inggris tersebut. Ya, kita berharap setiap pengusaha mengenal akan dirinya dan masyarakat, karena hidup ini yang terpenting adalah bagaimana kita dapat berkomunikasi dengan masyarakat dilingkungan kita sendiri.
Perkenalan Yusmael dengan sepatu berawal dari keisengan anak kecil. Kalau anak-anak yang berusia sekitar 12 tahun, suka menggunakan waktu senggang mereka untuk lebih banyak bermain, lain sekali cara Yusmael menggunakan waktu senggangnya. Sejak kelas VI sekolah dasar, Yusmael, yang lahir pada tanggal 13 Juni 1963 ini, menggunakan waktu senggangnya untuk membuat tumit sepatu mainan anak-anak dengan bahan baku kayu di rumah tetangganya. Ketika itu dalam sehari bisa puluhan telapak sepatu dari kayu yang dihasilkan di rumah tetangga Yusmael. Sepatu-sepatu tersebut kemudian dijual ke pembuat sepatu di Padang. Walaupun akhirnya tetangganya tersebut pindah, namun pengalaman membuat tumit sepatu amat berbekas bagi Yusmael. Yang sangat menarik dan jauh setelah masa anak-anak itu akan menjadi warna kehidupan Yusmael adalah kesukaannya membuat tumit sepatu pada waktu senggangnya. Saat itu sepatu dan sandal dengan tapak dari kayu sedang trend meniru gaya sepatu penyanyi dangdut terkenal di masa itu, Arafik.
Keterampilan membuat tumit sepatu inilah yang dijualnya di bangku SMP. Beliau bekerja di sebuah bengkel milik orang China di daerah Pondok, Padang. Setelah di SMP, tumit sepatu buatannya mulai dijual. Pelan-pelan Yusmael mulai memusatkan perhatiannya pada sepatu. Majalah-majalah yang menyajikan gambar berbagai macam sepatu, khususnya tentang tumit sepatu senantiasa menyita perhatiannya. Lalu ia pun berniat untuk belajar membuat sepatu. Niat itu dilaksanakannya waktu Yusmael menimba ilmu di SMA 1 Lubuk Alung. Sebutan sebagai “tukang tumit dari Lubuk Alung” sudah melekat pada dirinya. Sudah tiba waktunya untuk belajar dapat membuat sepatu. Dia mulai mencoba memadukan bagian-bagian yang membentuk sebuah sepatu.
Bayang-bayang mampu membuat sepatu sempat dibawa Yusmael masuk ke dalam kampus tempat Yusmael kuliah, yaitu kampus jurusan bahasa Inggris Sekolah Tinggi Ilmu Keguruan (STIK), Lubuk Alung, sambil mengajar Bahasa Inggris di beberapa sekolah. Beliau pernah mengajar Bahasa Inggris dalam rentang tahun 1988 sampai tahun 1990 di SMA Yayasan Dharma Bhakti (YDB), STM YDB Lubuk Alung, Sekolah Perikanan Kiambang, dan SMP Sosial. Sekolah yang terakhir disebutkan sekarang telah ditutup.

Tingkat berikutnya adalah belajar dapat membuat sepatu tidak kalau sempat atau setengah-setengah. Karena dianggap punya bakat membuat sepatu, pada 1993 melalui dana bantuan desa (Bandes) ia mendapat beasiswa kursus membuat sepatu di Cibaduyut, sebuah tempat yang sudah sangat dikenal secara luas sebagai sentra produksi sepatu, bersama 14 pemuda di kampungnya. Karena ini kesempatan emas, menurut beliau, selama 40 hari kursus tidak beliau sia-siakan untuk belajar membuat sepatu mulai dari membuat pola, desain hingga langsung praktek membuat sepatu. Bila belasan peserta kegiatan lainnya memilih menghabiskan waktu dengan berjalan-jalan di kota Bandung, Yusmael justru asyik mengamati proses pembuatan sepatu sekaligus mempraktikkannya. Karena begitu asyiknya berusaha mewujudkan cita-citanya, dia kadang tidur di rumah pembuat sepatu.
Saat pulang dari Cibaduyut, ia diberi modal Rp1,5 juta oleh penyelenggara untuk modal awal membuat sepatu. Sampai di kampung, dengan modal kecil Yusmael mulai membuat sepatu di rumah mertuanya. Kebetulan ada pengusaha Padang yang tertarik memodali usaha sepatunya. Pengusaha keturunan Tionghoa ini membiayai seluruh produksi dan membayar gaji pekerja yang membuat sepatu. Yusmael membuat sepatu anak-anak dalam sehari sebanyak 80 pasang sepatu, dan pengusaha tersebut yang memasarkan ke Padang, Batam, Pekanbaru dan Jambi dengan merek Yoesani. Merek tersebut merupakan singkatan dari nama beliau, anak beliau, dan anak belaiu. Yusmael, Azani, dan Nuraini.
Awalnya sepatu Yusmael dianggap sepatu buatan Bandung. Namun, kemudian beberapa pemilik toko sepatu di Padang tahu sepatu itu bukan buatan Bandung tetapi buatan Lubuk Alung. Setelah itu para pemilik took tersebut tidak mau menerima karena katanya kalau konsumen tahu sepatu itu buatan Lubuk Alung tidak bisa laku. Terlecut oleh penolakan orang awak sendiri, Yusmael makin bertekad meningkatkan mutu sepatunya dan tetap ingin jujur mengatakan sepatunya memang dibuat di Lubuk Alung.
Ayah dari tiga orang anak, Taufik Azani (18), Arief Rahmat Azani (12), dan Haulia Rahman (5), ini kemudian mengganti merek sepatunya dengan “Honesty” yang artinya kejujuran. Beliau lalu berusaha sendiri dan tetap membuat sepatu serta memasarkannya sendiri ke Padang dan Pekanbaru. Akhirnya mulai tahun 1994 beliau berhasil membuka toko sepatu. Tidak di supermarket, mal atau ruko, melainkan di tempatnya sendiri. Nyatanya, usaha membuat sepatu dan menjualnya dengan segala suka dukanya telah mampu menjadi andalan hidup bagi Yusmael dengan seluruh angota keluarganya dan 30 orang perajin sepatu dengan tanggungan mereka ketika itu. Pada 1996, beliau memamerkan produk sepatunya di pameran yang digelar Kadin di Hotel Ina Muara Padang. Orang Kadin (Kamar Dagang dan Industri) terkejut karena ada sepatu bagus buatan local. Kemudian pihak Kadin memberi dukungan dan meminta beliau membuat sepatu yang sedang trend di televisi dan majalah. Setelah itu pesanan dari orang-orang pemerintah mulai berdatangan. Bahkan ada pesanan 2 ribu pasang sepatu untuk pekerja di kantor gubernur Sumatera Barat. Karena banyak mempekerjakan pemuda setempat, Yusmel diberi bantuan life skill sebesar Rp75 juta dari Dinas Pendidikan Sumatera Barat pada 2002. Beberapa pemuda kembali direkrut sekaligus dilatih membuat sepatu di tempatnya.
Karena rajin mengikuti berbagai pameran, pada 2005 ia mulai dapat order dari Trengganu, Malaysia senilai Rp 200 juta untuk 1.000 pasang sepatu. Setelah itu dapat order lagi dari Bendahara Pramuka sepatu khusus untuk penderita sakit gula senilai Rp50 juta untuk mengirimkan sepatu buatannya yang akan dijual di Malaysia. Beliau juga pernah diundang ke Malaysia untuk mendaftarkan merek halal untuk sepatu saya di Malaysia. Ketika itu beliau disuruh pura-pura menjadi orang Malaysia dan dibawa ke pameran sepatu internasional di Kuala Lumpur pada tahun 2005. Sekarang merek halal untuk sepatu “Honesty” sudah keluar dimana salah satu syaratnya hewan yang akan diambil kulitnya disembelih secara islami.
Suami dari Nuraini ini berpesan agar kita jangan terlalu percaya dengan barang luar yang dianggap bagus dengan harga tinggi, padahal asalnya juga banyak dari Indonesia. Beliau ingin menjual sepatu bagus dengan harga terjangkau untuk kalangan menengah, karena untuk kalangan bawah sudah diambil alih produk buatan Cina.
Saat ini bahan baku kulit untuk sepatu di pabriknya masih dibeli dari Bandung dan Surabaya. Beliau ingin membuka pabrik sepatu yang besar di Lubuk Alung sekaligus memproduksi sendiri kulit untuk bahan sepatu. Konkritnya, beliau ingin Lubuk Alung menjadi sentra produksi sepatu terbesar kelima di Indonesia.
Sepatu “Honesty” bergaransi 1 tahun untuk pria dan 6 bulan untuk wanita. Menurut beliau, hal ini selain untuk memproteksi konsumen juga agar pekerja lebih berhati-hati dalam menjaga mutu.
Saat ini Yusmael lebih fokus pada pasaran di Sumatera Barat, karena sepatunya sudah diterima ole konsumen. Dalam sebulan ia memproduksi 1.500 pasang sepatu dengan omset Rp150 juta sebulan. Harga sepatunya mulai dari Rp100 ribu hingga Rp250 ribu..
Karena di Indonesia ini biasanya pertama bikin barang bagus, setelah itu barangnya nggak bagus lagi. Jadi kita ingin jangan diturunkan mutu, coba pertahankan terus. Desainnya kita adopsi dari internet, dari televisi yang sedang trend, atau selera konsumen.
Sepatu bukan sekadar alas kaki bagi Yusmael (42). Perpaduan kulit dan kayu itu merupakan proses belajar tak berkesudahan. Kini, sepatu menjadi alas hidup bagi dia, keluarga, serta 30 perajin sepatu.
Ketika banyak orang sekampung memilih bekerja sebagai pegawai, Yusmael justru asyik membuat ratusan model sepatu, pria dan wanita dengan beragam warna, yang kini terpajang di tokonya.
"Masyarakat sering kali terpaksa membeli sepatu handmade buatan luar negeri dengan harga mahal karena tidak ada pilihan lagi. Kami mencoba membuat sepatu berkualitas dengan harga terjangkau," tutur Yusmael yang mematok harga mulai Rp 60.000 hingga Rp 350.000 per pasang.
Puluhan bahkan ratusan kotak sepatu hampir memenuhi ruangan di rumahnya yang terletak tepat di belakang toko itu. Pengunjung yang sudah dikenalnya boleh masuk ke rumah untuk memilih sepatu yang disukai. Maklum, tidak semua sepatu bisa dipajang di toko yang hanya berukuran sekitar 5 x 7 meter persegi itu.
Pada ruangan lain, kain-kain bahan sepatu, kayu, lem, dan beragam bahan pembuat sepatu digeletakkan. Di ruang paling belakang, 30 perajin menekuni mesin jahit dan alat-alat yang diperlukan dalam proses produksi. Pilihan menekuni sepatu justru membuka tempat kerja baru bagi puluhan warga kampung yang menganggur.
Baginya, "dapur" pembuatan sepatu tidak harus ditutupi, tetapi justru dibuka bagi siapa pun yang ingin belajar. Seperti merek Honesty, Yusmael berani jujur tentang kualitas sepatu yang diproduksinya.
Ilmu membuat sepatu bukanlah sesuatu yang sulit dipelajari, tetapi membutuhkan keterampilan khusus dan ketekunan. "Dalam kurun waktu tiga bulan seseorang sudah bisa membuat sepatu," kata Yusmael yang juga pernah mengajar bahasa Inggris ketika kuliah.
Dengan bantuan Departemen Pendidikan Nasional, dia membuka kesempatan bagi pemuda putus sekolah di sekitar daerahnya tinggal untuk mengikuti workshop pembuatan sepatu selama 3 bulan di bengkel sepatunya.
Setelah itu, peserta workshop bisa bekerja di tempatnya. Tiga puluh karyawan pembuat sepatu yang bekerja di bengkelnya saat ini merupakan alumnus pelatihan itu, sementara 10 orang lainnya memilih keluar dari pekerjaan ini.
Keterampilan yang dimiliki perajin sepatu bisa ditularkan kepada orang lain. Dengan demikian, perajin sepatu yang dicetak Yusmael bisa mencetak perajin lain lagi. Produksi sepatu mereka kemudian ditampung Yusmael.
Yusmael mengakui, tidak mudah mengubah paradigma anak muda untuk menjadi wirausahawan. "Masih banyak orang yang mengantre untuk menjadi pegawai negeri ketimbang menekuni kerajinan sepatu, meskipun pendapatan sebagai perajin sepatu sering lebih besar dibandingkan penghasilan pegawai negeri sipil," tutur Yusmael, sambil menambahkan, upah perajin sepatu di tempatnya mencapai Rp 750.000 per minggu.
Jumlah nominal itu setara dengan upah minimum regional Sumbar tahun 2007. Dia mengakui usaha sepatu yang dijalankannya masih butuh perbaikan di sana-sini. Masalah manajemen tenaga kerja, misalnya, masih perlu dipoles lagi.
"Ada saja karyawan yang bermasalah. Ada yang merasa tidak puas dengan gaji lalu memilih untuk keluar. Seharusnya, masalah seperti ini bisa dikomunikasikan dengan pimpinan," kata Yusmael yang menjalankan usaha bersama istrinya, Nuraini.
Terlepas dari pelbagai masalah itu, Yusmael berencana mendirikan toko di daerah Bukittinggi dan sekitarnya, serta Pekanbaru, mulai tahun 2008. Ekspansi ke berbagai wilayah di Sumatera ini juga tengah direncanakannya.
Ada dua prinsip Yusmael ketika memasarkan sepatu yaitu dengan mempertahankan kualitas dan menekan harga agar terjangkau banyak orang. Konsekuensinya, alokasi dana promosi dipangkas habis. Promosi yang dilakukan hanya dari mulut ke mulut atau disebut person-to-person promotion. Menurut beliau konsumen yang datang hari ini adalah konsumen yang pernah memakai sepatu buatannya dan merasakan kualitas yang sama dengan sepatu berharga mahal.
Merk sepatu buatan Yusmael adalah Honesty, yang telah amat dikenal para peminatnya, melalui gerainya yang beralamat di Lubuk Alung, Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat. Untuk menemukannya tidaklah sulit. Karena, gerai yang berukuran 5 x 7 meter tersebut terletak di tepi jalan Lintas Padang-Kota Pariaman. Sepatu merk Honesty sudah mulai terkenal, tidak hanya di daerah Sumatera Barat saja, melainkan juga telah masuk ke daerah Riau dan bahkan sampai ke manca negara, yaitu Malaysia. Pak Yusmael memasang harga yang bervariasi mulai dari Rp60.000,- hingga Rp350.000,- tiap pasang. Untuk memberikan jaminan mutu, sepatu merek Honesty mempunyai garansi sampai enam bulan.
Letak pabrik sepatu Honesty tidak jauh dari gerainya, yaitu tepat di belakang gerai tersebut. Pabrik sepatu Honesty terbuka bagi siapa pun yang berminat untuk belajar dalam produksi sepatu. Tidak terlalu lama, hanya kurang lebih selama tiga bulan, kalau serius seseorang sudah bisa mahir memproduksi sepatu dengan kualitas yang bagus. Kesedian Yusmael untuk membuka pabriknya bagi siapa pun yang dengan sungguh-sungguh mau belajar membuat sepatu, bukannya basa-basi, melainkan suatu komitmen. Buktinya, dengan bantuan Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas), Yusmael memberikan kesempatan untuk mengikuti workshop pembuatan sepatu selama 3 bulan, di pabriknya, bagi pemuda putus sekolah yang bertempat tinggal di sekitar daerahnya. Salah satu hasilnya adalah ke tiga puluh perajin sepatu yang saat ini bekerja di pabriknya adalah lulusan workshop tersebut. Selain itu, lulusan yang membuka usaha pembuatan sepatu, dapat menjual sepatu produknya kepada Yusmael.
Pengalaman Yusmael mengantarnya ke salah satu kesimpulan, bahwa mengubah paradigma anak muda tidaklah mudah. Yusmael mengakui, tidak mudah mengubah paradigma anak muda untuk menjadi wirausahawan. Pada umumnya mereka jauh lebih suka menanti kesempatan untuk menjadi pegawai negeri sipil (PNS) daripada menjadi perajin sepatu. Padahal beliau memberi upah perajin sepatu sebesar Rp750.000,- per minggu atau Rp3.000.000,- perbulan.
Sampai sekarang Yusmael telah membuka toko sepatu di Pasaman dan Pekan Baru
Yusmael memegang teguh dua prinsip dalam menjalankan bisnis sepatu ini yaitu dengan mempertahankan atau tingkatkan mutu produk sepatunya dan menekan harga, agar lebih terjangkau calon pembeli.
Analisis

1. Karena ketertarikan Yusmael pada sepatu sudah mulai kelihatan pada usia anak baru mulai gede, kelas VI sekolah dasar/SD, walau baru pada bagian tumit sepatu, dan terus berlanjut sampai dia duduk di SMP, SMA dan perguruan tinggi, dapat ditarik kesimpulan, bahwa Yusmael dicipta dan dilahirkan dengan dilengkapi bakat atau talenta mampu membuat sepatu, sebagai sarana pelaksanaan tugas pelayanan Yusmael terhadap sesama ciptaan, dalam hidupnya.
Betapa kuat kesimpulan tersebut di atas. Coba bayangkan, dalam masa studi yang meliputi bentangan waktu paling tidak 10 tahun (SMP, SMA dan perguruan tinggi) Yusmael tetap memutuskan perhatian pada dan upaya untuk dapat membuat sepatu, di samping studi. Buktinya, dia sempat menjadi guru bahasa Inggris di beberapa sekolah. Di samping itu, pada umumnya, kesibukan anak baru gede, remaja dan anak/orang dewasa di luar kegiatan belajar, bukanlah belajar dan berlatih membuat tumit sepatu dan sepatu.

Unsur ketiga adalah tiadanya campur tangan orang tua Yusmael dalam mengantar dan memfasilitasi anaknya untuk dapat menjadi pembuat sepatu. Waktu di SMP Yusmael belajar, membuat tumit sepatu. Waktu di SMP belajar membuat sepatu.

2. Dua “sayap” Yusmael berhasil mengepak dengan sangat baik “sayap” yang satu
adalah jalur pendidikan formal yang sangat diikuti Yusmael, yaitu jurusan bahasa
Inggris, Sekolah Tinggi Ilmu Keguruan (STIK). Dia berhasil dan karenanya dia sempat mengajar bahasa Inggris di sekolah menengah atas (SMA). “sayap” yang kedua adalalah mampunya untuk membuat tujuh puluh lima (75) pasang sepatu, Merk Honesty, yang sudah cukup luas dikenal masyarakat di Bukit Tinggi dan Pakan Baru dan sekitarnya. Dan kini tengah berencana untuk membuka toko di kota-kota lain. Meskipun sama-sama berhasil, tetap ada perbedaan yang bersifat kualitatif dan kuantitatif. Kalau memilih jadi guru, berarti jadi karyawan. Sementara kalau memilih jadi pengusaha sepatu, berarti menjadi majikan atau pengusaha. Perbedaan lain berkaitan dengan jumlah imbalan yang diterima. Jumlah imbalan perbulan sebagai guru, karyawan, pastilah tidak sama dengan jumlah imbalan per bulan sebagai pengusaha sepatu, yang mempekerjakan 30 orang perajin dan menghasilkan 75 pasang sepatu/hari. Itulah sebabnya Yusmael tidak hendak mengakhiri usahanya, melainkan justru akan mendirikan toko-toko sepatunya di luar Bukit Tinggi dan Pakan Baru. Tentu saja di kota-kota di Sumatera Barat. Upaya itu telah dimilai pada awal tahun 2008.
Kini Cibaduyut yang terkenal dengan sepatu lokalnya kini mendapat pesaing dari Sumatera Barat. “Honesty” adalah merek sepatu made in Nagari Sintuk, Lubuk Alung. Empat tahun terakhir sepatu buatan lokal ini mulai menguasai pasaran di Sumatera Barat dengan mutu tidak kalah bersaing dengan Cibaduyut.
Sepatu-sepatu buatan Yusmael ini diproduksi secara home industry dari Lubuk Alung,. Mencari rumahnya tidaklah sulit, karena berada di pinggir jalan raya Padang-Pariaman, tepatnya di Nagari Toboh Baru, Sintuk Barat, Lubuk Alung, Padang Pariaman, Sumatera Barat. Di bagian depan rumah ada ruang pamer sekaligus menjadi toko sepatu seluas 3 X 5 meter. Dalam ruangan toko kita bisa melihat puluhan sepatu dan sandal kulit dengan model terbaru berjejer di rak-rak. Mulai dari sepatu anak-anak, wanita, hingga sepatu pria.
Itulah ruang pamer sepatu dengan merek “Honesty” milik Yusmael. Selain menjual sepatu di ruang pamer, di tempat ini konsumen juga bisa memesan sepatu atau sandal sesuai keinginan. Bisa dengan membawa guntingan majalah atau gambar sepatu yang diinginkan. Selain ruang pamer yang berada di rumah mertuanya ini, Yusmael juga menyulap bagian belakang rumah menjadi bengkel pembuatan sepatu. Dalam ruangan ini belasan pekerja terlihat sedang membuat sepatu berbagai model. Yusmael mempekerjakan 33 orang pemuda setempat yang bekerja bergantian.
Yang dapat dipetik
• Karena Yusmael mengenali bakatnya, dia tekun sekali dalam upaya mewujudkan keinginannya membuat tumit sepatu dan selanjutnya membuat sepatu. Karena kesungguhan dan ketekunannya, Yusmael dapat dijangkau para calon pembeli sepatu buatannya. Karena mutu yang baik dan harga yang terjangkau, sepatu buatan Yusmael diminati orang banyak. Karena sepatu buatannya diminati orang banyak Yusmael dikenal luas dan siap buka toko sepatu buatannya yang diberinya merk Honesty. Toko yang sudah dibuka adalah toko di Bukit Tinggi dan Pakan Baru.
Akan menyusul toko di kota-kota lain di Sumatera Barat. Dari “mata air” yang kecil yaitu belajar membuat tumit sepatu, kini telah mengalir “sungguh besar”. Yaitu pabrik sepatu dengan 30 orang perajin sepatu dan toko-tokonya.
2. Semua akibat yang timbul, apa pun bentuknya, baik yang dapat dilihat, didengar maupun dirasa, timbul karena ada sebab yang mendahului dan menimbulkannya.

Untuk dapat memperoleh akibat yang baik, yang diharapkan, sebab haruslah baik. Bentuknya dalah:
a. Kemauan keras dan tidak goyah oleh sebab apapun.
b. Kemampuan memadai
- Dalam membuat perencanaan
- Dalam melaksanakan perencanaan
Untuk itu yang bersangkutan harus belajar dan berlatih. Keduanya harus berhasil.

c. Keberanian untuk berusaha tidak dapat diragukan. Karena yakin dan kuat rasa percaya diri.
d. Tangkap dan manfaatkan peluang yang terbuka, banyak yang datang dari luar maupun yang merupakan buah pemikiran dan atau pengamatan.
c. Selalu optimis, optimis yang beralasan
Yusmael mampu memenuhi semua unsur sebab yang membuahkan akibat yang diharapkan.

Minggu, 30 November 2008

Beasiswa

Beasiswa

02 Oct 2007

Beasiswa dan program pertukaran

Pemerintah Belanda sangat berkeinginan untuk menjadikan pendidikan tinggi mudah diakses oleh mahasiswa dan profesional dari berbagai negara. Di Belanda, pendidikan tinggi mendapatkan subsidi, ini berarti biaya kuliah dapat ditekan cukup rendah, terutama jika dibandingkan dengan Inggris dan Amerika Serikat.
Program Pertukaran

Cara termudah dan termurah untuk dapat melanjutkan studi di Belanda adalah melalui program pertukaran. Banyak institusi pendidikan tinggi Belanda yang memiliki kerjasama program pertukaran dengan mitra institusi-nya di negara lain di seluruh dunia. Program pertukaran dan perjanjian seringkali ditujukan untuk satu bidang atau disiplin ilmu tertentu. Tanyakan pada universitas mengenai berbagai kemungkinan yang tersedia.
Funding

Ada beberapa kemungkinan memperoleh dana untuk melanjutkan studi. Informasi lebih lanjut dapat dilihat di website www.grantfinder.nl, website yang memuat informasi mengenai berbagai program beasiswa yang tersedia untuk mahasiswa asing yang ingin studi di Belanda.

Kewirausahaan: Ian Hanafiah

Ian Hanafiah
Enterpreneureship Pariwisata; Antara Rileks dan Bekerja

Oleh: Tim penulis materi kuliah umum kewirausahaan Unand
Penulis :Rivanli Azis dan Ichwan
Editor :Sriwahyudi

Kuliah Umum Kewirausahaan Universitas Andalas memasuki fase minggu kedua dalam bulan November tahun 2008, kali ini yang menjadi sosok dalam mengisi materi kuliah adalah Bapak Ian Hanafiah. Beliau adalah seorang pengusaha yang bergerak di bidang pariwisata di Sumatera Barat. Bertempat di gedung PKM (Pusat Kegiatan Mahasiswa) Universitas Andalas lantai satu, yang menjadi sentral acara seminar setiap minggunya ini, Bapak Ian Hanafiah yang didampingi oleh sekretaris beliau, Ibu Desi, memberikan materi kuliah umum kewirausahaan.

Sebelum acara inti dimulai, terlebih dahulu acara ini dibuka oleh moderator yang pada kesempatan ini dilakukan oleh Bapak Munzir Buznia selaku direktur Entrepeneurship Center Universitas Andalas. Setelah itu, acara pun di buka dengan kata sambutan dari rektor Universitas Andalas, Bapak Musliar Kasim. Dalam kata sambutan beliau mengatakan bahwa acara seminar kewirausahaan ini menjadi modal spirit bagi mahasiswa untuk maju dan berkembang dalam meningkatkan potensi diri dalam berusaha menggapai masa depan yang gemilang. Selanjutnya, Bapak Musliar Kasim juga mengatakan bahwa program kewirausahaan menjadi perhatian yang sangat besar oleh pihak Dirjen Dikti karena Universitas Andalas adalah satu-satunya kampus yang mengadakan kuliah umum kewirausahaan semacam ini.

Memasuki acara inti, Bapak Ian Hanafiah memulai perkenalan kepada mahasiswa yang mayoritas adalah mahasiswa Universitas Andalas angkatan 2008. Beliau mengatakan dalam perkenalannya tersebut bahwa setiap tetes darahnya adalah bergerak di bisnis pariwisata. Oleh karena itu beliau sangat siap tempur dalam memberikan kuliah umum kewirausahaan mengenai bidang pariwisata, terutama sekali pariwisata di sumatera barat. Dalam meniti karir di industri pariwisata cita-cita beliau adalah bisa pergi ke mana-mana ke seluruh dunia tanpa perlu bayar dan kalau perlu malah dibayar.
Bapak Ian Hanafiah adalah alumni angkatan pertama dari Akademi Pariwisata Bunda Padang. Sekarang pria yang dari dulu tidak ingin menjadi seorang pegawai negeri sipil (PNS) ini menjabat sebagai direktur sekaligus pemilik PT Erotama Prima Wisata (PT EPW) yang mempunyai trade mark “PT Ero Tour”. Beliau mampu memposisikan PT Ero Tour sebagai salah satu biro travel yang keberadaannya cukup diperhitungkan atau mampu bersaing di tengah makin ketatnya kompetitor di bidang biro perjalanan pariwisata. Beliau memulai kariernya menjadi seorang free lance guide dari tahun 1986 sampai tahun 1989. Pembawaan materi yang baik dan mudah diterima oleh mahasiswa ini, menjadikan suasana dalam pemberian kuliah umum ini menjadi menarik dan diselimuti oleh humor-humor ringan dari pria yang pandai berdiplomasi ini.

Beliau mengatakan bahwa menjadi seorang free lance guide sangat mengasyikkan dan dapat menambah pergaulan kita kepada masyarakat. Karena pekerjaannya tersebut beliau mudah dikenal oleh berbagai kalangan baik lokal, nasional, maupun internasional. Tak heran beliau mempunyai banyak pelanggan para turis asing yang datang dari berbagai negara di dunia. Beliau juga menambahkan bahwa seorang free lance guide harus memiliki pengetahuan yang sangat luas dan memiliki potensi dalam bergaul, tidak kaku, dan murah senyum. Menurut beliau, senyum adalah sesuatu yang mahal di Sumatra Barat. Inilah modal utama bagi seorang free lance guide. Sembari memberikan materi mengenai kewirausahaan pariwisata ini, beliau juga mengatakan bahwa seorang mahasiswa kalau menjadi seorang free lance guide harus hati-hati karena pekerjaan yang satu ini sangat santai, sering bepergian ke luar daerah, menerima banyak pemasukan, dan harus membangun networking ke luar. Kenapa hati-hati? Jikalau tidak hati-hati mahasiswa tersebut akan tidak fokus atau konsentrasi pada kuliahnya karena “terlalu” menariknya pekerjaan sebagai free lance guide tersebut.

Hal besar yang perlu diketahui bahwa dalam karir industri pariwisata kita tidak akan mengetahui kapan kita bekerja dan kapan kita rileks atau istirahat. Karena pekerjaan dalam bidang pariwisata dilakukan dengan santai, namun santai itu merupakan bagian dari kerjanya. Pak Ian, begitu sapaan akrab beliau, sering terlihat santai berbincang di hotel. Walaupun sebenarnya Pak Ian ketika itu sedang membicarakan masalah bisnis dengan rekan-rekan bisnis atau klien-kliennya. Hal inilah yang menjadi judul dalam penulisan materi kuliah kewirausahaan oleh penulis.

Setelah lulus dari Akademi Pariwisata Bunda Padang beliau menjadi seorang guide. Profesi beliau ini mendapatkan tentangan dari orang tua karena beliau hanya menjadi seorang guide dengan gaji sebesar lima puluh ribu rupiah sebulan. Menurut orang tua beliau adalah sebuah kerugian karena selama kuliah beliau dikirimi uang sebanyak enam puluh ribu rupiah dan setelah kerja hanya mendapat gaji sebesar lima puluh ribu rupiah. Memang hitungan yang matematis tetapi ternyata penghasilan seorang guide bukan hanya dari pihak kantor, tetapi juga mendapatkan “uang tip” dari para turis asing dan dari pihak souvenir shop. Ketika itu seorang guide biasanya mendapatkan pendapatan di atas satu juta rupiah sebulan, jauh lebih banyak dibandingkan seorang PNS ketika itu.

Pada tahun 1989 beliau mempersunting Hj. Asmawita yang sekarang telah memberikannya sepasang anak. Setelah itu beliau mendapatkan tawaran bantuan modal untuk membuka usaha sendiri dari seorang rekan. Tetapi beliau mengatakan bahwa beliau merasa belum waktunya untuk membuka usaha sendiri. Pesan beliau, “Jangan buru-buru berlari kalau baru bisa berjalan”. Menurut Pak Ian, beliau harus mempelajari secara hati-hati kekuatan dan kelemahan diri sendiri. “Menjadi pekerja atau menjadi seorang bos sama-sama bagus yang penting adalah lakukan yang terbaik,” beliau kembali berpesan. Kemudian beliau mulai bekerja di PT Tunas Indonesia Tour & Travel, sebuah perusahaan pariwisata yang cukup terkenal dan mempunyai fasilitas yang lengkap tetapi perusahaan ini kurang berkembang. Di perusahaan tersebut beliau mulai menciptakan link-link kerja. Setelah bekerja selama tujuh tahun di PT Tunas Indonesia Tour & Travel, beliau melanjutkan profesinya sebagai General Manager (GM) PT Citra Tour dari tahun 1996-1997.

Pria yang memiliki status pendidikan Diploma 3 Akademi Pariwisata Bunda Padang ini, lalu memulai usaha bisnisnya menjadi pemilik dan direktur dari PT Ero Tour yang berdiri pada tanggal 4 Februari 1998, ketika itu Indonesia sedang “diterjang” krisis ekonomi dan krisis moneter. Ian Hanafiah menjelaskan bahwa nama perusahaannya tersebut memiliki sejarah tersendiri karena lahir dan berdiri saat reformasi atau lebih lazim disebut Era Reformasi yang disingkat “Ero”. Situasi ekonomi yang sangat tidak mendukung tidak membuat beliau gentar. Dengan modal finansial yang sangat terbatas Pak Ian menjalankan PT Ero Tour, bahkan ketika itu PT Ero Tour belum mempunyai komputer. Bagi beliau modal finansial bukanlah satu-satunya modal. Selama bekerja sebagai free lance guide, bekerja di PT PT Tunas Indonesia Tour & Travel dan di PT Citra Tour, beliau telah menciptakan link-link kerja yang kemudian menjadi modal terbesar bagi beliau dalam meniti karir di bidang pariwisata.

Saat bekerja dan dalam pergaulannya beliau membuat link-link pergaulan sebanyak mungkin seperti di organisasi, pertemanan, seminar-seminar, dan bahkan di pesta perkawinan atau ulang tahun. Kepercayaan dan kejujuran justru lebih penting dibandingkan dengan modal finansial. Pria yang berasal dari Sumatera Barat ini juga memberikan tips dalam membangun kepercayaan, yaitu dengan melayani tamu dengan sepenuh hati dan selalu berusaha menjaga hubungan dengan tamu.Produk PT Ero Tour mampu bersaing dengan para kompetitornya karena adanya kepercayaan dari pelanggan dan mitra kerja. Dalam menjalankan bisnis yang digelutinya, kejujuran, keterbukaan, dan pelayanan prima merupakan hal yang tidak bisa ditawar-tawar, sehingga tamu tidak merasa dibohongi dengan paket-paket yang ditawarkan. Jangan sampai tamu merasa dibohongi oleh janji-janji muluk travel biro pada saat akan melakukan perjalanan wisata. Pastikan bahwa janji yang diberikan biro travel betul-betul sesuai. Misal, pada saat menginap di hotel, pastikan hotel bintang berapa, fasilitasnya apa dan lain sebagainya.

Perusahaan yang berkantor di Jl. Ir. Juanda No. 69 Padang ini telah mempunyai pelanggan dan mitra kerja lokal, nasional, dan bahkan internasional. Karena banyaknya turis asing yang menjadi tamu PT Ero Tour pendapatan PT Ero Tour sangat tinggi karena penghasilannya berupa mata uang dollar. Usahanya akan sangat menghasilkan uang banyak apabila harga dollar melambung tinggi, namun ia mengkhawatirkan akan tindakan terorisme, bencana alam karena akan membuat para turis asing tidak melakukan perjalanan wisata ke Indonesia, khususnya sumatera barat.
Masyarakat yang akan melakukan perjalanan wisata melalui biro travel sebaiknya betul-betul selektif, sehingga perjalanan wisata betul–betul menjadi perjalanan wisata yang menyenangkan. Menurut ayah dua anak ini, dalam memberikan kontribusi kepada daerah berkaitan dengan bisnis yang digeluti, hanya satu keinginan, bagaimana mendatangkan wisatawan sebanyak mungkin ke Sumbar. Sehingga Pandapatan Asli Daerah (PAD) juga bisa meningkat, di samping juga lebih mengenalkan wisata Sumbar, sehingga lebih dikenal di luar. Wakil Ketua Dewan Pimpinan Daerah Association of the Indonesia Tours and Travel Agencies (DPD ASITA) Sumbar ini memimpikan pariwisata Sumbar mampu mengalahkan pariwisata Bali. Secara potensi objek wisata tak kalah dibandingkan Bali,Sumbar boleh dibilang daerah teraman di Indonesia saat ini.

Bisnis pria yang mempunyai hobbi traveling ini adalah memfokuskan pada pemanduan turis asing ke dalam negeri bukan ke luar negeri. Namun hal itu tidak tertutup kemungkinan dapat dilakukan sesuai dengan permintaan dari para turis itu sendiri. Selain sejumlah perjalanan karier yang bagus, beliau juga memiliki pengalaman mengajar. Dari tahun 1994 sampai tahun 1998 beliau menjadi dosen luar biasa mata kuliah guiding technic di Akademi Pariwisata Bunda Padang. Beliau juga pernah menjadi dosen luar biasa di LP3I pada tahun 2000-2001. Dan pada tahun 2004-2005, beliau menjadi Ketua Jurusan Usaha Perjalanan Wisata Akademi Pariwisata Bunda Padang, meskipun ketika itu sedikit bermasalah karena seorang ketua jurusan diharuskan berijazah strata-1.

Bisnismen yang memiliki prinsip NPM (Nan Paralu Pitih Masuak) ini sangat menyukai profesi yang telah dilakukannya selama 20 tahun. Bisnis pariwisata merupakan bisnis yang menyenangkan karena kita dapat mengenal daerah wisata berbagai daerah di Indonesia, terutama sumatera barat. Dengan modal pengetahuan akan potensi wisata daerah serta kemampuan berbicara yang baik, maka pekerjaan ini sangat rileks dan santai namun berpenghasilan tinggi karena dibayar dengan dollar. Ia menambahkan bahwa dalam meningkatkan potensi sumatera barat ini yang harus diperlukan adalah penerapan prinsip “something to do” akan objek wisata yang ada di Sumatera Barat karena selama ini pariwisata kita hanya menawarkan “something to see”. Hal demikian perlu menjadi perhatian karena dirasa objek wisata sumbar tidak kalah bagusnya dengan objek yang ada di luar sumatera, terlebih pulau jawa.

Dalam “mengarungi” bisnisnya pariwisata tour ini, beliau telah banyak mendapatkan prestasi usaha, antara lain aladah The Best Seller Agent Production pada Novotel Hotel pada tahun 2001, 2003, 2004, 2005, 2006, dan 2007. Pada Pusako Hotel dari tahun 2000, 2003, 2004, 2005, 2006, dan 2007. Dari Bumi Minang Hotel pada tahun 2005, 2006, dan 2007. Pada Hotel Rocky Plaza tahun 2006 dan 2007 dan yang terakhir dari The Ambacang Hotel pada tahun 2007. Selain itu, Ian Hanafiah juga mendapatkan penghargaan dari forum wartawan pariwisata Sumatra Barat sebagai The Best Inbound Tour Operator tahun 2006 dan 2007, juga sebagai A Lifetime Achievement tahun 2006. Ian Hanafiah juga pernah mendapatkan award dari Kadin Kota Padang sebagai Enterpreneure Pariwisata Sumatera Barat pada tahun 2007. Berbagai penghargaan tersebut dikatakannya sebagai hasil “jerih payahnya” selama ini dalam menggeluti bidang pariwisata, sehingga karena menariknya kegiatan bisnis ini dia mengatakan bahwa kalau anda seorang yang jujur maka datanglah ke bisnis pariwisata, karena jika bisnis ini dilakukan dengan tidak jujur, maka bisnis tersebut akan hancur dan berantakan.
Pak Ian kini mulai mengembangkan wisata alam bebas atau outbound di Sumatera Bara. Alam Sumatera Barat sangat mendukung untuk wisata outbound yang kini sedang digandrungi para wisatawan. Saat ini peluang paling bagus membuat bisnis outbound untuk menarik minat wisatawan remaja dari negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura, serta wisatawan domestik. Wisata seperti ini sedang tren untuk anak muda, karena mereka suka yang banyak tantangan. Sebenarnya membuat dan mengelola wisata outbound gampang sekali, tapi tidak ada investor yang berminat menggarap tempat wisata seperti ini di Sumatera Barat, padahal lokasinya amat banyak seperti di Lembah Harau, Lembah Anai, Ngalau, Ngarai Sianok, dan lainnya. Selama ini wisatawan yang berkunjung ke Sumatera Barat hanya dibawa jalan-jalan ke tempat-tempat wisata, berfoto-foto, lalu pergi. Sehingga tidak bisa menahan mereka lebih lama untuk tinggal di Sumatera Barat.
Dalam memberikan materi kuliah umum kewirausahaan tersebut, Ian Hanafiah menjabarkan mengenai gambaran umum tentang biro perjalanan wisata. Ditinjau dari ruang lingkup usaha perjalanan wisata terbagi 2 : Biro Perjalanan Wisata, Agen Perjalanan Wisata. Paket wisata dapat dikategorikan : Tailor Made Package Tour, yang mana untuk perjalanan wisata tersebut berdasarkan pada permintaan dari turis. Serta Ready Made Package Tour maksudnya adalah paket perjalanan wisata telah terprogram oleh pihak biro wisata tersebut. Pengusaha yang memiliki prinsip “tak paralu top, yang paralu hanyo pitiah” tersebut menjabarkan kegiatan biro perjalanan wisata tersebut, antara lain adalah Inbound Tour, Outbound Tour, Umroh & Haji, Cruise, Guiding, Ticketing, Car Rental & Coach Hire, Hotel Reservation, dan Documen Perjalanan

Dalam memulai suatu usaha pariwisata yang menyenangkan, Ian Hanafiah mendeskripsikan perjalanan panjang hidupnya dalam memulai dan memasuki bisnis yang punya moto “fun and money” ini. Setelah lulus SMA, beliau awalnya juga bermaksud kuliah di Universitas Andalas. Ketika tanggal pengumuman seleksi, sesampai di terminal beliau langsung melihat pengumuman di koran. Sayangnya, beliau tidak lulus dan tidak mau ambil pusing kemudian beliau melihat iklan kampus Akademi Pariwisata Bunda Padang di koran itu. Ketika itu, Akademi Pariwisata Bunda adalah kampus baru dan beliau belum tahu apa-apa tentang kampus itu. Beliau kemudia mencari informasi tentang kampus itu. Akademi Pariwisata Bunda membuka dua jurusan yaitu Perhotelan dan Usaha Wisata. Akhirnya beliau mendaftar di Jurusan Usaha Wisata karena sesuai dengan kegemaran traveling-nya.

Selama semester pertama kuliahnya, beliau sedikit tertinggal dengan teman-temannya yang kebanyakan orang-orang kota. Semester dua beliau mulai sadar untuk menentukan sikap dan pilihan. Pada liburan semester dua, beliau pulang kampung dan tidak mendapat apresiasi dari guru SMA beliau karena hanya kuliah di kampus pariwisata. Namun itulah yang menjadi semangat bagi beliau untuk semakin fokus dalam meniti karir di bidang pariwisata. Beliau lalu mulai mempersiapkan diri untuk bekerja setelah lulus nanti.

Beliau selalu semangat dan berminat dengan sesuatu apapun yang berhubungan dengan pariwisata. Beliau mulai membuat kliping tentang pariwisata, bahkan beliau harus meminta koran dari warung. Dan sesekali waktu beliau juga membaca-baca koran, khususnya berita atau artikel kepariwisataan, di bawah Padang Teater. Di kampus beliau juga disediakan brosur-brosur pariwisata, tetapi karena terbatas dan beliau sangat berminat sampai-sampai beliau mencuri brosur itu. Kemudian di tempat brosur itu diberi pengumuman “Brosur ini disediakan untuk dicuri”, setelah itu beliau tidak mengambil lagi brosur itu. Untuk mendukung minatnya beliau juga mempelajari ilmu sejarah, geografi, budaya dan khususnya bahasa inggris. Pak Ian memberikan semangat dan motivasi kepada kurang lebih 150 mahasiswa yang hadir memenuhi ruang PKM tersebut dengan pernyataannya, “Mulailah mencari tahu lingkungan kerja dan industri sesuai bidang ilmu yang dipelajari dan rajin membaca buku-buku kepribadian dan sikap cara bicara yang sebagian tidak didapatkan selama belajar di kampus”. Menurut beliau ilmu-ilmu umum yang tidak didapatkan di kampus tersebut justru terasa manfaatnya ketika kita telah memasuki lingkungan kerja.

Beliau juga pernah mencoba keberuntungannya di Jakarta. Beliau bermaksud mencari kerja di Ibu Kota dan telah banyak surat lamaran yang beliau kirim tetapi surat panggilan tidak satu pun diterima. Suatu ketika ada satu surat balasan yang diterima beliau, namun miris karena surat itu hanya berbunyi, “Maaf belum ada pekerjaan untuk Anda”. Setahun menjadi pengangguran di Jakarta membuat beliau menderita. Kemudian beliau mengikuti kursus bahasa inggris namun beliau tidak pernah mendapatkan sertifikat karena beliau tidak mampu membayar uang ujian kenaikan tingkat.

Akhirnya beliau kembali ke Padang dan harus menyelesaikan skripsinya. Sembari menyelesaikan skripsinya, beliau bekerja di hotel sebagai bell boy dengan tips sebesar seribu rupiah. belum pulang kerja padahal teman-temannya sudah pulang. Atasannya tersebut melihat beliau begitu tekun bekerja sampai pulangnya paling akhir. Tetapi sebenarnya beliau terlambat pulang karena beliau harus mengetik skripsinya di hotel tempat kerjanya. Ketika itu beliau juga menyewakan vespa kesayangannya untuk menambah penghasilan.
Ada suatu motivasi tertentu yang disampaikan Ian Hanafiah sebagai profesi yang melandaskan kinerja rileks dan santai namun bekerja ini harus dilaksanakan dengan sepenuh hati dan menerapkan rasa cinta pada pekerjaan tersebut. Rasa cinta akan pekerjaan akan mendorong seseorang untuk menghargai waktunya dengan baik Letak perbedaan antara rileks dan bekerja ini adalah Bangga berprofesi sebagai Pramuwisata (memegang peranan utama yang membawa saya jadi pengusaha pariwisata), Bertemu dengan banyak wisatawan yang berbeda adat / budaya serta mendapat kesempatan untuk belajar dan mengambil sisi baiknya.

Bagi Ian Hanafiah uang bukanlah satu-satunya modal untuk berbisnis, kejujuran dan kepercayaan jauh lebih penting dibandingkan modal berupa uang. Uang bisa dipinjam, tetapi kejujuran dan kepercayaan tidak dapat dinilai dengan uang. Beliau juga berpesan, rajin dan disiplin sangat menentukan kesuksesan seseorang dan jalankan pekerjaan dengan prinsip “Do The Best” di setiap ada kesempatan. Banyak orang latah melihat usaha yang sedang tren kemudian ikut-ikutan tapi akhirnya bangkrut karena tidak menguasai bisnis tersebut.

Sebelum mengakhiri materi kulaih umum kewirausahaan tersebut, bapak Ian Hanafiah menyampaikan saran dan pesan kepada para mahasiswa. Seharusnya mahasiswa rajin membaca, tidak hanya didiplin ilmu yang ditekuninya tetapi juga termasuk disiplin ilmu yang lain agar pengetahuan tidak sempit. Mahasiswa juga harus jujur, ulet, dan pantang menyerah. Kemudian mahasiswa juga harus berusaha mengenali dunia kerja sesuai dengan disiplin ilmu yang dipelajari dan mencari link dan referensi sedini mungkin. Mahasiswa tidak boleh takut dan lari dari masalah karena kesuksesan adalah akumulasi dari kemampuan kita mengatasi setiap masalah yang dating. Sukses tidak lahir karena kebetulan dan keberuntungan semata tapi terwujud karena diusahakan, harus ada target, perencanaan yang matang, keyakinan, kerja keras, dan niat baik. Masa depan kita tidak tergantung dengan apa pekerjaan kita tetapi tergantung pada bagaimana kita mengerjakan pekerjaan itu.

Hal tersebut diataslah yang menjadi tips dari seorang Ian Hanafiah dalam membangun bisnisnya ini selama kurang lebih 20 tahun ini. Acara seminar kewirausahaan Unand kali ini mempunyai berbagai peristiwa menarik, yang pertama adalah waktu pelaksanaan seminar ini merupakan yang terlama dalam pelaksanaan seminar kewirausahaan selama yang ada sampai hari ini. Durasi yang diberikan rektor adalah 2 jam namun pembicara melakukannya telah melampaui waktu 2,5 jam lamanya, sungguh bersemanganya pemateri hingga lupa akan waktu, hal ini patut kita hargai kata bapak Musliar Kasim selaku Rektor Unand. Kedua, adalah adanya pengaturan baru terhadap para peserta seminar ini, yaitu adanya peraturan terhadap pakaian, sikap dan tata cara mengikuti pelaksanaan seminar ini, hal ini dirasa perlu karena menurut rektor ada sebagian mahasiswa yang hadir tidak mengikuti acara dengan baik, seperti meribut, menelepon, dan ada juga peserta yang memakai sendal ke acara tersebut. Untuk itu, Bapak Musliar Kasim memberikan pengaturan yang baru tentang mekanisme dan tata cara pelaksanaan pelatihan kewirausahaan ini yang akan diterapkan selanjutnya untuk acara seminar ini berikutnya. Hal ini dilakukan guna kepentingan mahasiswa itu sendiri, seorang pengusaha adalah seorang yang berpikir maju dan berpenampilan menarik serta menghargai setiap pembicaraan yang diikutinya.

PROGRAMME INFO

PROGRAMME INFO

Master of Business Administration
(KPT/JPS(PA8770)02/2013)


Graduates who qualify for INTI-UC's Master of Business Administration will also receive equivalent University of Hertfordshire awards*.

The INTI University College’s Master of Business Administration (MBA) programme is a specially designed post graduate degree that gives valuable knowledge about business management. The necessary knowledge and skills acquired, both theoretical as well as practical, can benefit students in managerial and administrative jobs.? The programme is a high level, specialist qualification that could give students better career opportunities and great promotional prospects.

The full time (one-year) or part time (two-year) MBA programme from INTI-UC comprises of 10 core modules, a business project, elective modules chosen from six specialist area such as Finance, International Business, Marketing, and Human Resources Management. These modules equip students with a well rounded business administration education that enable them to effectively further their business careers.

WHY INTI-UC MBA
# Students who have successfully completed the programme will receive a dual award*, i.e. an INTI-UC MBA award and a MA in Management Studies award from University of Hertfordshire, UK.
# Students will be exposed to real-life business consultancy projects through the INTI Business Advisory Group, a student/faculty-staffed consulting centre that provides opportunities for students to gain consultation skill and real world experience.
# A team of competence academic staff who are either PhD qualified or professionally qualified and possess teaching experience at the Masters level and/or industrial exposure.
# Students will be exposed to educational environment characterised by experiential learning, excellent teaching, and a high degree of interaction with faculty and students.

* Subject to validation

Note: All information is subject to change without prior notice.