Rabu, 28 Januari 2009

Aku Untuk Negeriku : Pemuda Pemimpin Masa Depan

Pemuda Pemimpin Masa Depan
Oleh : Rivanli Azis*
Masih ingat ucapan Bung Karno dan Bung Hatta tentang Pemuda?Bung Karno pernah berkata, "Berikanlah aku seribu orang tua, maka kita akan mampu merobohkan Himalaya". Bung Hatta menimpali, "Berikanlah padaku sepuluh pemuda, maka kami akan dapat mengguncang dunia".Ucapan dua tokoh proklamator kemerdekaan ini menunjukkan betapa ‘dahsyat’nya kekuatan kaum muda dalam kehidupan dan peradaban. Tak hanya bagi bangsa dan negeri Indonesia, namun juga bagi seluruh umat di dunia pada umumnya.Ini karena disadari atau tidak, kiprah kaum muda selalu mengawali perjalanan bangsa Indonesia. Bahkan sejak negeri ini belum menemukan makna, bentuk dan hakikat kehidupan kenegaraan, kaum muda selalu menyertai jejak langkah bangsa ini dalam menapaki bentangan zaman.
Sejarah telah mencatat, atas prakarsa kaum mudalah negeri ini tergerak bangkit dari belenggu penjajahan. Atas semangat Dr Soetomo, Gunawan dan Sutardji-lah, negeri ini bagai disinari saat kegelapan pembodohan mendera. Lewat tangan Wahidin Sudirohusodo, Dr Cipto Mangunkusumo dan Supriyadi-lah rakyat bangsa ini digugah bahwa kemerdekaan harus segera terwujud dan kebebasan harus segera diraih.Dan sejarah mencatat, begitu banyak nama kaum muda yang telah berhasil menyertai bangsa ini ke arah gerbang kemenangan. Sutan Syahrir, Chairul Saleh, Darwis dan Wicana adalah di antaranya.
Bila tidak karena peran mereka dalam peristiwa penculikan dua tokoh di atas ke Desa Rengasdengklok, mungkinkah proklamasi akan berkumandang? Arif Rahman Hakim dan Soe Hok Gie adalah beberapa nama yang juga berhasil merepresentasikan dan merekomendasikan para kaum muda sebagai generasi pengukir beragam prestasi di negeri ini.Berbekal pengalaman yang tak sedikit itu, patutlah kiranya kita katakan bahwa energi dan prestasi kaum muda Indonesia sejatinya tak terbatas. Dari waktu ke waktu, mereka telah menggerakkan roda zaman ini dengan bentuk, cara dan senjata mereka sendiri. Sukardi Rinakit menyebutnya sebagai kemuliaan heroik, kemulian kepahlawanan.Sungguh tak ada alasan dan sangat ‘ahistoris’ bila menyatakan kaum muda tak berkemampuan untuk memimpin negeri ini. Karena negeri ini belumlah tua untuk dipimpin oleh generasi muda.Di masa kini, negeri yang telah berumur lebih dari setengah abad ini memimpikan (baca: membutuhkan) tak hanya figur pemimpin yang cerdas, berwibawa dan bermoral. Negeri ini memimpikan pemimpin yang transforming, yaitu pemimpin yang mampu mengubah masyarakat ke arah yang lebih baik, pemimpin yang ing ngarso sung tulodo, ing madya mangun karso dan tut wuri handayani.
Sejarah itu ada karena adanya pemuda. Sejarah itu pun hidup karena hidupnya para pemuda. Masyarakat pun sudah merasakan hasil kerja-kerja nyata para pemuda. Di Amerika latin, diktator Batista berhasil ditumpas oleh tokoh muda revolusioner Che Guevara. Lalu di Turki pada tahun 1960 para Mahasiswa berhasil menggulingkan Menderes yang korup. Pada tahun yang sama pula para pemuda di Korea Selatan membuat sejarah dengan menurunkan rezim korup Dr Syngman Rhee yang berkuasa selama 12 tahun.
Dan di Indonesia, Pergerakan pemuda tahun 1928 dan 1945 mengantarkan pemuda mengambil peran strategis dalam kepemimpinan Bangsa dan Negara Indonesia. Angkatan 1928 memimpin perjuangan diplomasi dan gerilya untuk memerdekakan Bangsa Indonesia. Kemudian angkatan 1945 segera memegang tampuk kepemimpinan nasional setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia. Sedangkan pada pergerakan 1966 dan 1998, sayangnya pemuda hanya mengantarkan perubahan Bangsa dan Negara Indonesia menuju masa depan yang lebih baik. Pemuda menggerakkan gelombang protes kepada rezim pemerintah hingga menjatuhkan kedua rezim tersebut, tapi tanpa kemudian mengambil peran strategis dalam sistem kepemimpinan nasional.
Reformasi di Indonesia hampir mencapai satu dekade, namun perjuangan pemuda dirasa belum maksimal dalam menyemarakkan kepemimpinan nasional. Elit partai politik yang mengendalikan pemerintahan pasca reformasi melalui dua kali pemilu belum pula menampakkan semangat kaderisasi kepemimpinan nasional kepada kalangan muda. Setelah reformasi pada tahun 1998 berhasil yang ditandai dengan mundurnya rezim Soeharto, pemuda hanya kembali kepada komunitas mereka masing-masing. Mahasiswa kembali ke kampus, ormas dan OKP pemuda kembali ke internal organisasi, hanya segelintir diantara pemuda penggerak reformasi yang turut berpartisipasi secara langsung dengan masuk dalam sistem pemerintahan baik di legislatif maupun eksekutif.
Pentas persaingan di 2009 tinggal sembilan bulan lagi. Isu-isu untuk menarik simpati masyarakat mulai ditebarkan, Regenerasi kepemimpinan nasional akan menjadi persoalan besar bangsa ini apabila kita meneruskan kebiasaan kaum pensiunan yang mengorbitkan diri dan terus minta diorbitkan. Memang persoalan yang masih dirasakan sekarang adalah masih kurangnya pemuda sebagai iron stock yang mampu mengemban tugas kenegaraan. Itu merupakan lingkaran setan yang memacetkan sirkulasi elite dalam perspektif regenerasi sampai saai ini.Di situlah diharapkan peranan partai yang cukup strategis untuk menghasilkan pemimpin nasional dari generasi baru. Partai harus mengambil inisiatif dan langkah sistematis untuk meneruskan kaderisasi kepemimpinan bagsa. Adanya pernyataan beberapa partai politik yang akan komitmen untuk mengakomodir keterlibatan kaum muda sebagai calon perwakilannya menjadi suatu sikap yang patut disyukuri dan juga dicermati.Komitmen partai politik yang akan mengakomodir keterwakilan kaum muda dari 20 sampai 80 % merupakan suatu sikap yang harus mendapat apresiasi plus dari masyarakat, karena di tengah keputus-asaan bangsa Indonesia terhadap elit-elit yang berkuasa sekarang, beberapa partai politik berusaha untuk melahirkan calon-calon pemimpin yang tentunya diharapkan akan membawa perubahan di tengah keterpurukan bangsa ini.
Mari, sekaranglah saatnya bersama kita bangkit dari kelalaian dan kelengahan kita selama ini dengan cara meninggalkan segala perdebatan yang tidak bermanfaat. Sekarang saatnya bagi kaum muda untuk menyingsingkan lengan baju bersama dan merebut kepemimpinan nasional dengan elegan dan integritas yang tinggi.
Tahun 2008, bertepatan dengan Delapan Puluh Tahun Sumpah Pemuda adalah momentum yang sangat tepat untuk kembali mengobarkan semangat kepemudaan dan mengembalikan semua kebanggaan yang telah luntur sebagai bangsa yang besar, bangsa Indonesia.
*Penulis adalah Sekretaris DPC Perhimpunan Mahasiswa Hukum Indonesia (Permahi) Kota Padang 2008-2009 dan Alumni Beastudi Etos DD Repulika Padang.

2 komentar:

Anonim mengatakan...

Iyah Maz kedua tokoh itu memang jago dalam membakar semangat rakyatnya..

tapi apa yang dilakukan pemimpin negeri ini saat ini, hanya OMDO janji doank ga da realisasinya..

Salam kenal Buat Maz Rivanliaziz semoga pertemuan kita ini bisa bermanfaat ..

Salam...

Anonim mengatakan...

makasih bocahbancar atas atensinya.selamat berjuang lewat media!!!