Rabu, 28 Januari 2009

Aku Untuk Negeriku : Pendidikan Tinggi Untuk Yang Beruang

Pendidikan Tinggi Untuk Yang Beruang
Oleh : Rivanli Azis*
Berbicara pendidikan di Indonesia kita hanya bisa menghela nafas.Pendidikan hanya dinikmati oleh kalangan yang berduit dan beruang ( banyak uang maksudnya ).Semenjak diundangkannya Undang-Undang Badan Hukum Pendidikan menjadikan Perguruan Tinggi sebagai lahan bisnis yang menggiurkan.Komersialisasi pendidikan semakin menjadi-jadi.Pemerintah merasa lepas tangan dan tidak bertanggungjawab lagi dengan pendidikan tinggi di Indonesia.Biaya kuliah semakin mahal.Kalangan Perguruan Tinggi harus mencari dana sebanyak-banyaknya agar kehidupan kampus bisa berjalan.Subsidi pemerintah tidak ada lagi.Bertebaranlah program Non-Reguler alias ekstensi di Perguruan Tinggi Negeri mengimbangi bahkan merebut lahan Perguruan Tinggi Swasta.Mal-mal berdiri dikampus melayani kebutuhan mahasiswa yang sebenarnya pengisapan duit mahasiswa dan mematikan pedagang kecil.Lihat saja dibeberapa Perguruan Tinggi Negeri di Kota Padang dengan alasan menganggu keindahan kampus beberapa pedagang kaki lima digusur keberadaannya.Padahal apa yang salah dari mereka?Mereka toh tidak mengganggu mahasiswa.Mereka hanya berharap keuntungan sedikit untuk memperoleh sesuap nasi pagi dan petang hari.Mahasiswa pun senang berbelanja dengan amak-amak (Ibu-Ibu) Pedagang Kaki Lima.Lalu mengapa mereka digusur ?Mau didirikan Malkah atau Super Market yang harganya cukup menguras kantong mahasiswa ?
Padahal dalam Konstitusi Negara ini Pendidikan merupakan Hak Warga Negara.Negara wajib menyediakan pendidikan yang terjangkau oleh rakyat Indonesia.Mengapa untuk kesejahteraan Pejabat Negara Pemerintah mau berfoya-foya menghabiskan anggaran Negara?Mengapa untuk pendidikan Pemerintah pelit bin kikir ?Wajar saja pendidkan di Indonesia semakin ketinggalan zaman.Dengan Malaysia saja yang dulu belajar dengan bangsa Indonesia sekarang terbalik.Indonesia yang belajar kepada Malaysia.Sungguh edan Guru belajar pada Murid.Apa kata dunia (pinjam sentilan kata Naga Bonar).Memang tidak salah kalau murid lebih cerdas daripada guru.Tetapi alangkah bijaknya Guru mau belajar dan meningkatkan kualitasnya.Boro-boro meningkatkan kualitas malahan bangsa sendiri diperbodoh dengan duit.Semua beres dengan duit.Kalau ada duit dapat kuliah di Perguruan Tinggi Negeri.Kalau nggak ada duit dilarang masuk kampus.Orang miskin kagak (tidak) boleh kuliah.
Praktek pembodohan segera dimulai.Orang pintar tetapi tidak mampu hanya gigit jari melihat temannya yang kaya pergi ke kampus.Uang pangkal yang diminta oleh Perguruan Tinggi kepada calon Mahasiswa yang jenius itu tidak dapat ditebus.Mahasiswa itu pasrah menerima kenyataan pahit itu.Temannya yang kaya tadi cengengesan ketika diminta uang pangkal sekian puluh juta.Tak begitu sulit baginya.Status mahasiswa segera disandang.Masih ada lagi pungutan yang lain ? ternyata ada.Tiap SKS dibayar ratusan ribu.Biaya praktikum,Jaket.Ospek,sumbangan ini itu yang entah darimana asalnya segera dilunasi agar dapat mengikuti kuliah perdana.
Praktek pembodohan belum berhenti.Jual beli nilai dibeberapa Perguruan Tinggi di Kota Padang dan di Indonesia umumnya sering terjadi.Dengan alasan bimbingan tambahan atau les pihak Perguruan Tinggi atau Dosen memungut uang dari mahasiswa.Misalnya bagi yang ingin dapat nilai A bayar sekian ratus ribu.Inikah generasi muda kita yang katanya tunas bangsa yang akan menjadi Pemimpin Bangsa ini dimasa mendatang?Sungguh memiriskan.
Yang miskin semakin miskin,yang kaya semakin kaya.Begitulah Rhoma Irama mengilustrasikan kesenjangan sosial masyarakat Indonesia.Kesenjangan yang lebar inilah menyebabkan Pendidikan hanya dinikmati kalangan beruang alias banyak uang.Sampai kapankah hal ini terus berlangsung ???
*Penulis adalah Mahasiswa FH Unand Padang Sumatera Barat

0 komentar: