Ian Hanafiah
Enterpreneureship Pariwisata; Antara Rileks dan Bekerja
Oleh: Tim penulis materi kuliah umum kewirausahaan Unand
Penulis :Rivanli Azis dan Ichwan
Editor :Sriwahyudi
Kuliah Umum Kewirausahaan Universitas Andalas memasuki fase minggu kedua dalam bulan November tahun 2008, kali ini yang menjadi sosok dalam mengisi materi kuliah adalah Bapak Ian Hanafiah. Beliau adalah seorang pengusaha yang bergerak di bidang pariwisata di Sumatera Barat. Bertempat di gedung PKM (Pusat Kegiatan Mahasiswa) Universitas Andalas lantai satu, yang menjadi sentral acara seminar setiap minggunya ini, Bapak Ian Hanafiah yang didampingi oleh sekretaris beliau, Ibu Desi, memberikan materi kuliah umum kewirausahaan.
Sebelum acara inti dimulai, terlebih dahulu acara ini dibuka oleh moderator yang pada kesempatan ini dilakukan oleh Bapak Munzir Buznia selaku direktur Entrepeneurship Center Universitas Andalas. Setelah itu, acara pun di buka dengan kata sambutan dari rektor Universitas Andalas, Bapak Musliar Kasim. Dalam kata sambutan beliau mengatakan bahwa acara seminar kewirausahaan ini menjadi modal spirit bagi mahasiswa untuk maju dan berkembang dalam meningkatkan potensi diri dalam berusaha menggapai masa depan yang gemilang. Selanjutnya, Bapak Musliar Kasim juga mengatakan bahwa program kewirausahaan menjadi perhatian yang sangat besar oleh pihak Dirjen Dikti karena Universitas Andalas adalah satu-satunya kampus yang mengadakan kuliah umum kewirausahaan semacam ini.
Memasuki acara inti, Bapak Ian Hanafiah memulai perkenalan kepada mahasiswa yang mayoritas adalah mahasiswa Universitas Andalas angkatan 2008. Beliau mengatakan dalam perkenalannya tersebut bahwa setiap tetes darahnya adalah bergerak di bisnis pariwisata. Oleh karena itu beliau sangat siap tempur dalam memberikan kuliah umum kewirausahaan mengenai bidang pariwisata, terutama sekali pariwisata di sumatera barat. Dalam meniti karir di industri pariwisata cita-cita beliau adalah bisa pergi ke mana-mana ke seluruh dunia tanpa perlu bayar dan kalau perlu malah dibayar.
Bapak Ian Hanafiah adalah alumni angkatan pertama dari Akademi Pariwisata Bunda Padang. Sekarang pria yang dari dulu tidak ingin menjadi seorang pegawai negeri sipil (PNS) ini menjabat sebagai direktur sekaligus pemilik PT Erotama Prima Wisata (PT EPW) yang mempunyai trade mark “PT Ero Tour”. Beliau mampu memposisikan PT Ero Tour sebagai salah satu biro travel yang keberadaannya cukup diperhitungkan atau mampu bersaing di tengah makin ketatnya kompetitor di bidang biro perjalanan pariwisata. Beliau memulai kariernya menjadi seorang free lance guide dari tahun 1986 sampai tahun 1989. Pembawaan materi yang baik dan mudah diterima oleh mahasiswa ini, menjadikan suasana dalam pemberian kuliah umum ini menjadi menarik dan diselimuti oleh humor-humor ringan dari pria yang pandai berdiplomasi ini.
Beliau mengatakan bahwa menjadi seorang free lance guide sangat mengasyikkan dan dapat menambah pergaulan kita kepada masyarakat. Karena pekerjaannya tersebut beliau mudah dikenal oleh berbagai kalangan baik lokal, nasional, maupun internasional. Tak heran beliau mempunyai banyak pelanggan para turis asing yang datang dari berbagai negara di dunia. Beliau juga menambahkan bahwa seorang free lance guide harus memiliki pengetahuan yang sangat luas dan memiliki potensi dalam bergaul, tidak kaku, dan murah senyum. Menurut beliau, senyum adalah sesuatu yang mahal di Sumatra Barat. Inilah modal utama bagi seorang free lance guide. Sembari memberikan materi mengenai kewirausahaan pariwisata ini, beliau juga mengatakan bahwa seorang mahasiswa kalau menjadi seorang free lance guide harus hati-hati karena pekerjaan yang satu ini sangat santai, sering bepergian ke luar daerah, menerima banyak pemasukan, dan harus membangun networking ke luar. Kenapa hati-hati? Jikalau tidak hati-hati mahasiswa tersebut akan tidak fokus atau konsentrasi pada kuliahnya karena “terlalu” menariknya pekerjaan sebagai free lance guide tersebut.
Hal besar yang perlu diketahui bahwa dalam karir industri pariwisata kita tidak akan mengetahui kapan kita bekerja dan kapan kita rileks atau istirahat. Karena pekerjaan dalam bidang pariwisata dilakukan dengan santai, namun santai itu merupakan bagian dari kerjanya. Pak Ian, begitu sapaan akrab beliau, sering terlihat santai berbincang di hotel. Walaupun sebenarnya Pak Ian ketika itu sedang membicarakan masalah bisnis dengan rekan-rekan bisnis atau klien-kliennya. Hal inilah yang menjadi judul dalam penulisan materi kuliah kewirausahaan oleh penulis.
Setelah lulus dari Akademi Pariwisata Bunda Padang beliau menjadi seorang guide. Profesi beliau ini mendapatkan tentangan dari orang tua karena beliau hanya menjadi seorang guide dengan gaji sebesar lima puluh ribu rupiah sebulan. Menurut orang tua beliau adalah sebuah kerugian karena selama kuliah beliau dikirimi uang sebanyak enam puluh ribu rupiah dan setelah kerja hanya mendapat gaji sebesar lima puluh ribu rupiah. Memang hitungan yang matematis tetapi ternyata penghasilan seorang guide bukan hanya dari pihak kantor, tetapi juga mendapatkan “uang tip” dari para turis asing dan dari pihak souvenir shop. Ketika itu seorang guide biasanya mendapatkan pendapatan di atas satu juta rupiah sebulan, jauh lebih banyak dibandingkan seorang PNS ketika itu.
Pada tahun 1989 beliau mempersunting Hj. Asmawita yang sekarang telah memberikannya sepasang anak. Setelah itu beliau mendapatkan tawaran bantuan modal untuk membuka usaha sendiri dari seorang rekan. Tetapi beliau mengatakan bahwa beliau merasa belum waktunya untuk membuka usaha sendiri. Pesan beliau, “Jangan buru-buru berlari kalau baru bisa berjalan”. Menurut Pak Ian, beliau harus mempelajari secara hati-hati kekuatan dan kelemahan diri sendiri. “Menjadi pekerja atau menjadi seorang bos sama-sama bagus yang penting adalah lakukan yang terbaik,” beliau kembali berpesan. Kemudian beliau mulai bekerja di PT Tunas Indonesia Tour & Travel, sebuah perusahaan pariwisata yang cukup terkenal dan mempunyai fasilitas yang lengkap tetapi perusahaan ini kurang berkembang. Di perusahaan tersebut beliau mulai menciptakan link-link kerja. Setelah bekerja selama tujuh tahun di PT Tunas Indonesia Tour & Travel, beliau melanjutkan profesinya sebagai General Manager (GM) PT Citra Tour dari tahun 1996-1997.
Pria yang memiliki status pendidikan Diploma 3 Akademi Pariwisata Bunda Padang ini, lalu memulai usaha bisnisnya menjadi pemilik dan direktur dari PT Ero Tour yang berdiri pada tanggal 4 Februari 1998, ketika itu Indonesia sedang “diterjang” krisis ekonomi dan krisis moneter. Ian Hanafiah menjelaskan bahwa nama perusahaannya tersebut memiliki sejarah tersendiri karena lahir dan berdiri saat reformasi atau lebih lazim disebut Era Reformasi yang disingkat “Ero”. Situasi ekonomi yang sangat tidak mendukung tidak membuat beliau gentar. Dengan modal finansial yang sangat terbatas Pak Ian menjalankan PT Ero Tour, bahkan ketika itu PT Ero Tour belum mempunyai komputer. Bagi beliau modal finansial bukanlah satu-satunya modal. Selama bekerja sebagai free lance guide, bekerja di PT PT Tunas Indonesia Tour & Travel dan di PT Citra Tour, beliau telah menciptakan link-link kerja yang kemudian menjadi modal terbesar bagi beliau dalam meniti karir di bidang pariwisata.
Saat bekerja dan dalam pergaulannya beliau membuat link-link pergaulan sebanyak mungkin seperti di organisasi, pertemanan, seminar-seminar, dan bahkan di pesta perkawinan atau ulang tahun. Kepercayaan dan kejujuran justru lebih penting dibandingkan dengan modal finansial. Pria yang berasal dari Sumatera Barat ini juga memberikan tips dalam membangun kepercayaan, yaitu dengan melayani tamu dengan sepenuh hati dan selalu berusaha menjaga hubungan dengan tamu.Produk PT Ero Tour mampu bersaing dengan para kompetitornya karena adanya kepercayaan dari pelanggan dan mitra kerja. Dalam menjalankan bisnis yang digelutinya, kejujuran, keterbukaan, dan pelayanan prima merupakan hal yang tidak bisa ditawar-tawar, sehingga tamu tidak merasa dibohongi dengan paket-paket yang ditawarkan. Jangan sampai tamu merasa dibohongi oleh janji-janji muluk travel biro pada saat akan melakukan perjalanan wisata. Pastikan bahwa janji yang diberikan biro travel betul-betul sesuai. Misal, pada saat menginap di hotel, pastikan hotel bintang berapa, fasilitasnya apa dan lain sebagainya.
Perusahaan yang berkantor di Jl. Ir. Juanda No. 69 Padang ini telah mempunyai pelanggan dan mitra kerja lokal, nasional, dan bahkan internasional. Karena banyaknya turis asing yang menjadi tamu PT Ero Tour pendapatan PT Ero Tour sangat tinggi karena penghasilannya berupa mata uang dollar. Usahanya akan sangat menghasilkan uang banyak apabila harga dollar melambung tinggi, namun ia mengkhawatirkan akan tindakan terorisme, bencana alam karena akan membuat para turis asing tidak melakukan perjalanan wisata ke Indonesia, khususnya sumatera barat.
Masyarakat yang akan melakukan perjalanan wisata melalui biro travel sebaiknya betul-betul selektif, sehingga perjalanan wisata betul–betul menjadi perjalanan wisata yang menyenangkan. Menurut ayah dua anak ini, dalam memberikan kontribusi kepada daerah berkaitan dengan bisnis yang digeluti, hanya satu keinginan, bagaimana mendatangkan wisatawan sebanyak mungkin ke Sumbar. Sehingga Pandapatan Asli Daerah (PAD) juga bisa meningkat, di samping juga lebih mengenalkan wisata Sumbar, sehingga lebih dikenal di luar. Wakil Ketua Dewan Pimpinan Daerah Association of the Indonesia Tours and Travel Agencies (DPD ASITA) Sumbar ini memimpikan pariwisata Sumbar mampu mengalahkan pariwisata Bali. Secara potensi objek wisata tak kalah dibandingkan Bali,Sumbar boleh dibilang daerah teraman di Indonesia saat ini.
Bisnis pria yang mempunyai hobbi traveling ini adalah memfokuskan pada pemanduan turis asing ke dalam negeri bukan ke luar negeri. Namun hal itu tidak tertutup kemungkinan dapat dilakukan sesuai dengan permintaan dari para turis itu sendiri. Selain sejumlah perjalanan karier yang bagus, beliau juga memiliki pengalaman mengajar. Dari tahun 1994 sampai tahun 1998 beliau menjadi dosen luar biasa mata kuliah guiding technic di Akademi Pariwisata Bunda Padang. Beliau juga pernah menjadi dosen luar biasa di LP3I pada tahun 2000-2001. Dan pada tahun 2004-2005, beliau menjadi Ketua Jurusan Usaha Perjalanan Wisata Akademi Pariwisata Bunda Padang, meskipun ketika itu sedikit bermasalah karena seorang ketua jurusan diharuskan berijazah strata-1.
Bisnismen yang memiliki prinsip NPM (Nan Paralu Pitih Masuak) ini sangat menyukai profesi yang telah dilakukannya selama 20 tahun. Bisnis pariwisata merupakan bisnis yang menyenangkan karena kita dapat mengenal daerah wisata berbagai daerah di Indonesia, terutama sumatera barat. Dengan modal pengetahuan akan potensi wisata daerah serta kemampuan berbicara yang baik, maka pekerjaan ini sangat rileks dan santai namun berpenghasilan tinggi karena dibayar dengan dollar. Ia menambahkan bahwa dalam meningkatkan potensi sumatera barat ini yang harus diperlukan adalah penerapan prinsip “something to do” akan objek wisata yang ada di Sumatera Barat karena selama ini pariwisata kita hanya menawarkan “something to see”. Hal demikian perlu menjadi perhatian karena dirasa objek wisata sumbar tidak kalah bagusnya dengan objek yang ada di luar sumatera, terlebih pulau jawa.
Dalam “mengarungi” bisnisnya pariwisata tour ini, beliau telah banyak mendapatkan prestasi usaha, antara lain aladah The Best Seller Agent Production pada Novotel Hotel pada tahun 2001, 2003, 2004, 2005, 2006, dan 2007. Pada Pusako Hotel dari tahun 2000, 2003, 2004, 2005, 2006, dan 2007. Dari Bumi Minang Hotel pada tahun 2005, 2006, dan 2007. Pada Hotel Rocky Plaza tahun 2006 dan 2007 dan yang terakhir dari The Ambacang Hotel pada tahun 2007. Selain itu, Ian Hanafiah juga mendapatkan penghargaan dari forum wartawan pariwisata Sumatra Barat sebagai The Best Inbound Tour Operator tahun 2006 dan 2007, juga sebagai A Lifetime Achievement tahun 2006. Ian Hanafiah juga pernah mendapatkan award dari Kadin Kota Padang sebagai Enterpreneure Pariwisata Sumatera Barat pada tahun 2007. Berbagai penghargaan tersebut dikatakannya sebagai hasil “jerih payahnya” selama ini dalam menggeluti bidang pariwisata, sehingga karena menariknya kegiatan bisnis ini dia mengatakan bahwa kalau anda seorang yang jujur maka datanglah ke bisnis pariwisata, karena jika bisnis ini dilakukan dengan tidak jujur, maka bisnis tersebut akan hancur dan berantakan.
Pak Ian kini mulai mengembangkan wisata alam bebas atau outbound di Sumatera Bara. Alam Sumatera Barat sangat mendukung untuk wisata outbound yang kini sedang digandrungi para wisatawan. Saat ini peluang paling bagus membuat bisnis outbound untuk menarik minat wisatawan remaja dari negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura, serta wisatawan domestik. Wisata seperti ini sedang tren untuk anak muda, karena mereka suka yang banyak tantangan. Sebenarnya membuat dan mengelola wisata outbound gampang sekali, tapi tidak ada investor yang berminat menggarap tempat wisata seperti ini di Sumatera Barat, padahal lokasinya amat banyak seperti di Lembah Harau, Lembah Anai, Ngalau, Ngarai Sianok, dan lainnya. Selama ini wisatawan yang berkunjung ke Sumatera Barat hanya dibawa jalan-jalan ke tempat-tempat wisata, berfoto-foto, lalu pergi. Sehingga tidak bisa menahan mereka lebih lama untuk tinggal di Sumatera Barat.
Dalam memberikan materi kuliah umum kewirausahaan tersebut, Ian Hanafiah menjabarkan mengenai gambaran umum tentang biro perjalanan wisata. Ditinjau dari ruang lingkup usaha perjalanan wisata terbagi 2 : Biro Perjalanan Wisata, Agen Perjalanan Wisata. Paket wisata dapat dikategorikan : Tailor Made Package Tour, yang mana untuk perjalanan wisata tersebut berdasarkan pada permintaan dari turis. Serta Ready Made Package Tour maksudnya adalah paket perjalanan wisata telah terprogram oleh pihak biro wisata tersebut. Pengusaha yang memiliki prinsip “tak paralu top, yang paralu hanyo pitiah” tersebut menjabarkan kegiatan biro perjalanan wisata tersebut, antara lain adalah Inbound Tour, Outbound Tour, Umroh & Haji, Cruise, Guiding, Ticketing, Car Rental & Coach Hire, Hotel Reservation, dan Documen Perjalanan
Dalam memulai suatu usaha pariwisata yang menyenangkan, Ian Hanafiah mendeskripsikan perjalanan panjang hidupnya dalam memulai dan memasuki bisnis yang punya moto “fun and money” ini. Setelah lulus SMA, beliau awalnya juga bermaksud kuliah di Universitas Andalas. Ketika tanggal pengumuman seleksi, sesampai di terminal beliau langsung melihat pengumuman di koran. Sayangnya, beliau tidak lulus dan tidak mau ambil pusing kemudian beliau melihat iklan kampus Akademi Pariwisata Bunda Padang di koran itu. Ketika itu, Akademi Pariwisata Bunda adalah kampus baru dan beliau belum tahu apa-apa tentang kampus itu. Beliau kemudia mencari informasi tentang kampus itu. Akademi Pariwisata Bunda membuka dua jurusan yaitu Perhotelan dan Usaha Wisata. Akhirnya beliau mendaftar di Jurusan Usaha Wisata karena sesuai dengan kegemaran traveling-nya.
Selama semester pertama kuliahnya, beliau sedikit tertinggal dengan teman-temannya yang kebanyakan orang-orang kota. Semester dua beliau mulai sadar untuk menentukan sikap dan pilihan. Pada liburan semester dua, beliau pulang kampung dan tidak mendapat apresiasi dari guru SMA beliau karena hanya kuliah di kampus pariwisata. Namun itulah yang menjadi semangat bagi beliau untuk semakin fokus dalam meniti karir di bidang pariwisata. Beliau lalu mulai mempersiapkan diri untuk bekerja setelah lulus nanti.
Beliau selalu semangat dan berminat dengan sesuatu apapun yang berhubungan dengan pariwisata. Beliau mulai membuat kliping tentang pariwisata, bahkan beliau harus meminta koran dari warung. Dan sesekali waktu beliau juga membaca-baca koran, khususnya berita atau artikel kepariwisataan, di bawah Padang Teater. Di kampus beliau juga disediakan brosur-brosur pariwisata, tetapi karena terbatas dan beliau sangat berminat sampai-sampai beliau mencuri brosur itu. Kemudian di tempat brosur itu diberi pengumuman “Brosur ini disediakan untuk dicuri”, setelah itu beliau tidak mengambil lagi brosur itu. Untuk mendukung minatnya beliau juga mempelajari ilmu sejarah, geografi, budaya dan khususnya bahasa inggris. Pak Ian memberikan semangat dan motivasi kepada kurang lebih 150 mahasiswa yang hadir memenuhi ruang PKM tersebut dengan pernyataannya, “Mulailah mencari tahu lingkungan kerja dan industri sesuai bidang ilmu yang dipelajari dan rajin membaca buku-buku kepribadian dan sikap cara bicara yang sebagian tidak didapatkan selama belajar di kampus”. Menurut beliau ilmu-ilmu umum yang tidak didapatkan di kampus tersebut justru terasa manfaatnya ketika kita telah memasuki lingkungan kerja.
Beliau juga pernah mencoba keberuntungannya di Jakarta. Beliau bermaksud mencari kerja di Ibu Kota dan telah banyak surat lamaran yang beliau kirim tetapi surat panggilan tidak satu pun diterima. Suatu ketika ada satu surat balasan yang diterima beliau, namun miris karena surat itu hanya berbunyi, “Maaf belum ada pekerjaan untuk Anda”. Setahun menjadi pengangguran di Jakarta membuat beliau menderita. Kemudian beliau mengikuti kursus bahasa inggris namun beliau tidak pernah mendapatkan sertifikat karena beliau tidak mampu membayar uang ujian kenaikan tingkat.
Akhirnya beliau kembali ke Padang dan harus menyelesaikan skripsinya. Sembari menyelesaikan skripsinya, beliau bekerja di hotel sebagai bell boy dengan tips sebesar seribu rupiah. belum pulang kerja padahal teman-temannya sudah pulang. Atasannya tersebut melihat beliau begitu tekun bekerja sampai pulangnya paling akhir. Tetapi sebenarnya beliau terlambat pulang karena beliau harus mengetik skripsinya di hotel tempat kerjanya. Ketika itu beliau juga menyewakan vespa kesayangannya untuk menambah penghasilan.
Ada suatu motivasi tertentu yang disampaikan Ian Hanafiah sebagai profesi yang melandaskan kinerja rileks dan santai namun bekerja ini harus dilaksanakan dengan sepenuh hati dan menerapkan rasa cinta pada pekerjaan tersebut. Rasa cinta akan pekerjaan akan mendorong seseorang untuk menghargai waktunya dengan baik Letak perbedaan antara rileks dan bekerja ini adalah Bangga berprofesi sebagai Pramuwisata (memegang peranan utama yang membawa saya jadi pengusaha pariwisata), Bertemu dengan banyak wisatawan yang berbeda adat / budaya serta mendapat kesempatan untuk belajar dan mengambil sisi baiknya.
Bagi Ian Hanafiah uang bukanlah satu-satunya modal untuk berbisnis, kejujuran dan kepercayaan jauh lebih penting dibandingkan modal berupa uang. Uang bisa dipinjam, tetapi kejujuran dan kepercayaan tidak dapat dinilai dengan uang. Beliau juga berpesan, rajin dan disiplin sangat menentukan kesuksesan seseorang dan jalankan pekerjaan dengan prinsip “Do The Best” di setiap ada kesempatan. Banyak orang latah melihat usaha yang sedang tren kemudian ikut-ikutan tapi akhirnya bangkrut karena tidak menguasai bisnis tersebut.
Sebelum mengakhiri materi kulaih umum kewirausahaan tersebut, bapak Ian Hanafiah menyampaikan saran dan pesan kepada para mahasiswa. Seharusnya mahasiswa rajin membaca, tidak hanya didiplin ilmu yang ditekuninya tetapi juga termasuk disiplin ilmu yang lain agar pengetahuan tidak sempit. Mahasiswa juga harus jujur, ulet, dan pantang menyerah. Kemudian mahasiswa juga harus berusaha mengenali dunia kerja sesuai dengan disiplin ilmu yang dipelajari dan mencari link dan referensi sedini mungkin. Mahasiswa tidak boleh takut dan lari dari masalah karena kesuksesan adalah akumulasi dari kemampuan kita mengatasi setiap masalah yang dating. Sukses tidak lahir karena kebetulan dan keberuntungan semata tapi terwujud karena diusahakan, harus ada target, perencanaan yang matang, keyakinan, kerja keras, dan niat baik. Masa depan kita tidak tergantung dengan apa pekerjaan kita tetapi tergantung pada bagaimana kita mengerjakan pekerjaan itu.
Hal tersebut diataslah yang menjadi tips dari seorang Ian Hanafiah dalam membangun bisnisnya ini selama kurang lebih 20 tahun ini. Acara seminar kewirausahaan Unand kali ini mempunyai berbagai peristiwa menarik, yang pertama adalah waktu pelaksanaan seminar ini merupakan yang terlama dalam pelaksanaan seminar kewirausahaan selama yang ada sampai hari ini. Durasi yang diberikan rektor adalah 2 jam namun pembicara melakukannya telah melampaui waktu 2,5 jam lamanya, sungguh bersemanganya pemateri hingga lupa akan waktu, hal ini patut kita hargai kata bapak Musliar Kasim selaku Rektor Unand. Kedua, adalah adanya pengaturan baru terhadap para peserta seminar ini, yaitu adanya peraturan terhadap pakaian, sikap dan tata cara mengikuti pelaksanaan seminar ini, hal ini dirasa perlu karena menurut rektor ada sebagian mahasiswa yang hadir tidak mengikuti acara dengan baik, seperti meribut, menelepon, dan ada juga peserta yang memakai sendal ke acara tersebut. Untuk itu, Bapak Musliar Kasim memberikan pengaturan yang baru tentang mekanisme dan tata cara pelaksanaan pelatihan kewirausahaan ini yang akan diterapkan selanjutnya untuk acara seminar ini berikutnya. Hal ini dilakukan guna kepentingan mahasiswa itu sendiri, seorang pengusaha adalah seorang yang berpikir maju dan berpenampilan menarik serta menghargai setiap pembicaraan yang diikutinya.
Minggu, 30 November 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar