Senin, 15 Desember 2008

Biografi Sheikh Ahmed Yassin

Biografi Sheikh Ahmed Yassin
Dipublikasi pada Tuesday, 23 March 2004 oleh Pak Tani

SHEIKH Ahmed Yassin, pendiri dan pemimpin spiritual Hamas, adalah seorang yang tampak lemah secara fisik, lumpuh keempat anggota tubuhnya, dengan suara yang bergetar. Namun, dia mempunyai kekuatan di kalangan orang-orang Palestina.
Ia memiliki tempat istimewa, baik secara politis maupun psikologis dalam barisan gerakan perlawanan Palestina, khususnya faksi Hamas. Itu membuat ia menjadi salah satu simbol perjuangan rakyat Palestina selama empat dekade terakhir ini.
Wartawan Kompas di Cairo Musthafa Abd Rahman pernah mewawancarai Sheikh Ahmed Yassin, Oktober 1997, setelah ia dibebaskan dari penjara Israel. Sheikh Yassin saat itu terkesan bersahaja dan sangat tidak birokratis. Ia sangat menghormati tamu, termasuk wartawan, yang datang ke rumahnya.

Sheikh Yassin dilahirkan di Desa Joura-Ashkelon (kini wilayah Israel) pada bulan Juni 1936. Pada usia 12 tahun ia menyaksikan kekalahan bangsa Arab dari Israel dalam perang Arab-Israel. Kekalahan itu telah membentuk cara berpikir Yassin muda. Ia berprinsip, rakyat Palestina harus mengandalkan diri mereka sendiri dengan cara mempersenjatai diri, bukan berpangku pada bangsa lain, baik pada bangsa Arab lain maupun masyarakat internasional.

Yassin bersekolah hingga kelas 5 Ibtidaiyah di Desa Joura. Meletusnya perang Arab-Israel pada tahun 1948 membuat dia dan keluarganya mengungsi ke Jalur Gaza. Seusai sekolah menengah pada 1957-1958, Yassin yang lumpuh keempat anggota tubuhnya akibat kecelakaan semasa kecil langsung memperoleh pekerjaan sebagai guru.

Aktivitas politik Yassin dimulai ketika ia pada usia 20-an berpartisipasi dalam unjuk rasa di Jalur Gaza menentang invasi segi tiga Israel, Inggris, dan Perancis terhadap Mesir pada tahun 1956.

Menurut BBC News, Yassin belajar di Universitas Al Azhar, Cairo, tempat kelahiran Ikhwanul Muslimin. Di sanalah dia membentuk keyakinan bahwa tanah Palestina-wilayah Palestina dan Israel-adalah tanah wakaf milik Muslim seluruh dunia dan bahwa tak seorang pemimpin Arab pun mempunyai hak untuk menyerahkan bagian apa pun dari wilayah ini.

Sheikh Yassin menjadi aktif terlibat dalam Ikhwanul Muslimin cabang Palestina, namun dia baru dikenal luas setelah Intifada Palestina
pertama tahun 1987. Pemerintah pendudukan Israel menangkap Sheikh Yassin pada tahun 1982 dengan tuduhan memimpin gerakan perlawanan rahasia dan menyembunyikan senjata. Ia dijatuhi hukuman 13 tahun penjara, namun dibebaskan pada 1985 melalui transaksi tukar-menukar tawanan antara Israel dan Front
Rakyat untuk Pembebasan Palestina (PFLP).

Pada akhir 1987 Sheikh Yassin bersama pemimpin Palestina lainnya mendirikan Hamas yang kemudian sangat berperan dalam intifada pertama (1987-1993). Ia menjadi pemimpin spiritual gerakan perlawanan itu. Tahun 1989 Sheikh Yassin bersama tokoh Hamas lainnya ditangkap pasukan pendudukan Israel dan mendapat vonis hukuman seumur hidup.

Pada tahun 1997 Sheikh Yassin dibebaskan atas permintaan Almarhum Raja Hussein dari Jordania sebagai kompensasi atas gagalnya percobaan pembunuhan oleh Mossad terhadap Kepala Biro Politik Hamas Khaled Meshal di Amman.

Ia mencoba membina hubungan baik dengan Otoritas Palestina dan para
pemimpin lain di dunia Arab, namun pendiriannya mengenai isu perdamaian tidak mau dikompromikan. Menurut BBC, Sheikh Yassin berulang kali mengatakan, "Apa yang disebut jalan damai itu bukan perdamaian dan itu bukanlah pengganti bagi jihad dan perlawanan."

Dalam wawancara dengan United Press International bulan Juni tahun lalu, ketika ditanya apakah ia akan menerima hudna atau gencatan senjata dengan Israel, Yassin mengatakan Hamas siap tetapi hanya dengan syarat-syarat khusus. Hudna menurut dia tak sekadar diakhirinya kekerasan di kedua pihak, tetapi harus menyebabkan orang Palestina mendapatkan haknya.

Sheikh Yassin menjadi ilham yang kuat bagi ana-anak muda Palestina yang kecewa oleh runtuhnya harapan perdamaian. Ia mengilhami mereka untuk memberikan nyawa.
Terbunuhnya pemimpin spiritual itu menimbulkan kemarahan di kalangan pendukungnya. Ini dikhawatirkan akan meningkatkan kekerasan yang telah berlangsung lebih dari tiga tahun itu.

0 komentar: