Senin, 12 Januari 2009

BOB SADINO

Bob Sadino Pukau Mahasiswa Unand
“Mau Merdeka atau Tergantung Orang Lain”
Oleh : Rivanli Azis
(Penulis Kuliah Umum Kewirausahaan)
Jum’at (8 Januari 2009) sore pukul 14.00,ribuan mahasiswa Unand menyesaki Gedung Pusat Kegiatan Mahasiswa (PKM) Unand di Limau Manih.Ada apa gerangan?Mereka mendengar stadium general kewirausahaan yang dipaparkan oleh Om Bob.Pengusaha sukses Indonesia Bob Sadino itu langsung akrab dengan komunikasinya yang simple dan segar.Ketika paparan Om Bob selesai,mahasiswa seakan berebut ingin bertanya.Lina,mahasiswi Ekonomi Unand berlari mengejar mikrofon.Lina bertanya kiat sukses menjadi Pengusaha.Secara spontan ia memberanikan diri minta izin memakai nama Bob Sadino untuk nama usaha kafenya.”Saya ingin nama Om untuk nama usaha saya,inspirasi itu sebagai symbol keberhasilan Om sebagai Pengusaha yang sukses,”tutur Lina bersemangat.
Si Om kontan tersenyum lebar mendengar permintaan sedikit nyeleneh itu.Dengan gayanya plus celana jeans pendek,Om Bob menghampiri si Mahasiswi.”Keberanian adalah modal sukses.Anda boleh memakai nama BOB,yang artinya Beef On Breat,”ujarnya yang langsung disambut tepuk riuh mahasiswa.
Dikatakan Bob Sadino,keberanian dari Mahasiswi itu adalah contoh menuju kunci sukses dalam melakukan sebuah tindakan.Digambarkan oleh Bob Sadino keberhasilannya sebagai pengusaha juga diawali keberaniannya saat menjual telor bebek,sampai ia menjadi kuli bangunan dengan membuang rasa malu jauh-jauh.”Tiada perubahan tanpa keberanian.Untuk berubah buang rasa malu,”tegasnya.
Kepiawaian akan terasah dengan mau mengorbankan waktu dan mampu menghadapi risiko.Tanpa dimulai dengan itu,Bob menegaskan mustahil keberhasilan bisa tercapai.Bob Sadino juga mengajak mahasiswa berpikir praktis dan realistis.Tidak terjebak hal-hal teoritis.Merancang daya nalar dan keberanian mahasiswa serta berupaya mengatasi persoalan dengan mencari solusi.
Pemilik Kemchicks Group kelahiran Lampung itu,menekankan kunci sukses menjadi pengusaha adalah berani mengambil setiap peluang yang ada,tidak malu-malu dengan kondisi apapun serta menanamkan tekad yang kuat terhadap usaha.
“Tak mungkin saya bisa sukses jika saya saat itu malu menjadi penjual telor bebek.Yah, akibat keberanian itu ternyata membuahkan hasil.Kalau dulu saya pakai becak sekarang pake jaguar,”paparnya.
Ia mengatakan menjadi pengusaha itu sangat mulia dan merdeka,mampu memenuhi kebutuhan sendiri dan tidak tergantung terhadap orang lain.Disisi lain menjadi pengusaha berarti lepas dari ketergantungan dan mampu membuka peluang bagi orang lain.”Nah kowe orang mau tergantung terhadap orang lain atau merdeka ?”tanya Bob.
Bob mengajak mahasiswa melepaskan belenggu ketakutan menghadapi resiko.Diakuinya tak ada yang akan tahu seperti apa hasilnya tanpa pengalaman dan mencoba.Mendengar itu secara spontan mahasiswa berteriak “Siap menjadi Pengusaha!”
Bob Sadino bagaikan menimba air disebuah mata air yang jernih.Makin ditimba makin banyak airnya.Pengalamannya dalam dunia bisnis sangat matang sehingga wajar saja beliau mengolok-olok mahasiswa yang tidak berani meninggalkan kuliah untuk berbisnis.Bob yang lulus SMA tahun 1953 itu mengkritik keras kecendrungan para orang tua yang malas mendidik sendiri anak-anaknya.Para orangtua itu melepaskan tanggungjawab mendidik anak dan seenaknya membebankan tugas itu pada sekolah.Akhirnya sering mereka memaksakan kehendak pada anak-anak dalam hal memilih jenis pendidikan.Padahal,kata pengusaha gaek yang pernah ikut-ikutan temannya kuliah di Fakultas Hukum Universitas Andalas ini,semua anak bebas menentukan pilihannya.Namun itulah egoisnya orang tua.Tanpa sadar mereka sedang memperkosa pikiran anak-anak.
Bagi Bob keteladanan sangat bermakna untuk membangun mental seseorang.”Bukan dengan memicu dan memacu karena banyak orang yang tidak mau dipicu dan dipacu,”tegas Bob.Ia mengaku sangat keras dalam mendidik anak-anaknya.tetapi juga memberi pilihan sebebas-bebasnya.Disiplin harus ditegakkan tapi kemandirian juga harus ditumbuhkan.Itulah semangat Bob dalam menggerakkan para karyawan di Kemchicks Group yang telah dianggapnya sebagai anak-anaknya sendiri.
Pada tahun 1970 Om Bob menjual 5 kg telur ayam.Akan tetapi tidak ada satupun yang membeli telur ayam Om Bob waktu itu.Di daerah kemang Om Bob mengetuk pintu orang asing dan menjual telur ayam.Telur itu disukai oleh Orang Asing.Alasan memilih orang asing adalah mereka termasuk golongan alas pasar alias orang kaya.Om Bob juga menjalankan bisnis Sosis dan Produk daging olahan.Minggu pertama dijual 2 kg sosis.Sampai akhirnya berdiri Pabrik sosis yang terbesar di Indonesia dengan kapasitas 250 ton per bulan.Kemudian Om Bob juga merintis bisnis keripik dari Buah-buahan.Semua buah dibuat keripik.Om Bob juga mengekspor Nangka ke Amerika Barat.Om Bob juga memperkenalkan buah melon ke masyarakat Indonesia dan jagung manis.Dan 15 tahun terakhir ini Om Bob mengekspor sayur-sayuran ke Jepang.
Teramat sayang jika orang hanya mengingat Bob Sadino sebagai Pengusaha nyentrik yang kemana-mana pakai celana pendek.Makin digali makin ketemulah sosoknya sebagai seorang Master Kehidupan.Bahasanya bernuansa sufistik.Ungkapan-ungkapan yang sederhana,lugas, dan kadang provokatif namun kaya makna itu menjadikannya bak seorang “Guru Zen” dalam hal bisnis.Hal ini terungkap dalam buku yang ditulis oleh Edy Zaqeus yang berjudul “Kalau Mau Kaya Ngapain Sekolah”.“Saya ini seperti sebuah gitar tua diatas meja.Apakah saya bisa mengalunkan irama yang indah atau buruk tergantung siapa yang memetiknya,”ungkap Bob saat didesak untuk mengeluarkan seluruh ‘ilmunya’.Atau kalau pikiran ini kita umpamakan sebuah cangkir teh,maka kita tak bakalan pernah bisa mengenal “teh”nya Bob Sadino,jika kita tak lebih dulu mengosongkan cangkir itu.
Dalam menjalankan usahanya Om Bob berguru pada alam.”Alam Takambang Jadi Guru” dipraktekkan oleh Om Bob.Beliau melihat anak-anak yang begitu polos dan bersemangat,beliau lihat pohon yang menjadi tempat berteduh,beliau lihat matahari yang menyinari kehidupan,beliau lihat jalanan,batu dan disekelilingnya apa saja yang terlihat.Om Bob memperkirakan baru 0,018 % masyarakat Indonesia menjadi seorang Entrepreneur.Sangat jauh tertinggal dibandingkan dengan Singapura yang sudah mencapai 7,4% dari masyarakatnya.Hal ini menandakan masih banyak sektor-sektor bisnis yang belum digarap dan berpotensi besar untuk dikembangkan.Untuk menjadi seorang Pengusaha, Om Bob mengemukakan Prakondisi yang harus ada yaitu:
Buang Rasa Takut.
Takut itu antara lain takut dengan modal atau takut dengan resiko.Modal sering menjadi hambatan bagi yang ingin berwirausaha.Menurut Bob,Rata-rata kalau orang bicara modal langsung otaknya bilang duit.Orang yang lebih canggih lagi kalau bukan duit ya benda-benda modal seperti pacul,pikulan atau becak.Itu modal yang bisa dilihat,dipegang,dirasakan,modal tangible.Ada modal yang tidak bisa dilihat,dirasakan,dipegang.Umpamanya modal keberanian,kemauan,tekad.Bob Sadino mulai dari modal yang tidak kelihatan tadi.Kalau orang biasanya menghindari resiko Bob Sadino malahan mencari resiko.Masa bodoh dengan akibat yang akan ditimbulkan.
Jangan berharap terlampau banyak.
Dibalik semua harapan banyak kekecewaan.Untuk tidak kecewa maka jangan berharap.
Lepaskan belenggu jalan pikiran (mindset).
Rata-rata orang Indonesia masih berpikir untuk jadi pegawai saja.Termasuk mereka yang sudah selesai sekolah dan jadi Sarjana.Kebanyakan orang tidak mau dipicu dan dipacu mental kewirausahaannya.Karena tidak mau pendekatan terhadap orang tersebut harus beda.Yaitu pendekatan keteladanan.Kalau orang melihat Anda berhasil,Anda hanya bisa berharap orang lain mengikuti anda.
Kemudian Bob Sadino mengemukakan seorang Entrepreneur harus bersandarkan pada :
Ada Kemauan merubah nasib.
Tekad yang bulat.
Keberanian mengambil peluang.Hidup ini adalah menghidupi.
Tahan banting dan tidak cengeng.Dari awal seorang entrepreneur sudah menghadapi masalah.Bangkit lagi,jatuh lagi dan bangkit untuk menjadi seorang entrepreneur sejati.
Pandai bersyukur pada Sang Pencipta
Rektor Universitas Andalas Musliar Kasim mengatakan kegiatan berkala kuliah umum dengan tema wirausaha kali ini sengaja mengundang Bob Sadino.”Diharapkan mahasiswa bisa memanfaatkan momen ini untuk menggali potensinya dengan belajar dari orang-orang sukses.Kita ingin menciptakan lulusan-lulusan sarjana yang andal dan mampu tampil ditengah masyarakat secara bersaing dan terampil,”ujar Musliar Kasim.Dikatakan Musliar Kasim,tingginya persaingan global maka mahasiswa harus punya skill.Jangan puas dengan nilai-nilai teori yang didapat dibangku kuliah.”Inilah yang coba kita tanamkan kepada mahasiswa guna menuju Sumbar yang andal.”

0 komentar: